Prinsip ini berarti "membangun kebahagiaan sesama". Mangkunegaran IV percaya bahwa seorang pemimpin harus bekerja untuk kebahagiaan dan kesejahteraan rakyatnya. Dengan fokus pada kesejahteraan masyarakat, ia menciptakan kebijakan yang adil dan berorientasi pada kepentingan publik, bukan kepentingan pribadi.
2. Pengendalian Diri dan Introspeksi
Mangkunegaran IV sangat menekankan pentingnya pengendalian diri dan introspeksi. Ia mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus selalu mengevaluasi motivasi dan tindakannya sendiri. Dengan introspeksi yang mendalam, seorang pemimpin dapat menghindari godaan untuk melakukan korupsi dan tetap berpegang pada nilai-nilai etika dan moralitas.
3. Pendidikan dan Pembinaan Moral
Mangkunegaran IV percaya bahwa pendidikan yang baik dan pembinaan moral yang kuat adalah kunci untuk membentuk individu yang berintegritas. Ia mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan mendorong pembelajaran nilai-nilai etika dan moral. Dengan pendidikan yang baik, generasi muda dapat tumbuh menjadi pemimpin yang jujur dan berintegritas.
4. Keseimbangan antara Spiritual dan Duniawi
Mangkunegaran IV memahami bahwa pencapaian spiritual tertinggi tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan tugas dan tanggung jawab duniawi. Ia mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus mampu menggabungkan dimensi spiritual dengan pemahaman praktis tentang kehidupan sehari-hari. Hal ini membantu menciptakan pemerintahan yang tidak hanya efektif tetapi juga beretika.
5. Prinsip "Tata, Titi, Teteg, Temen"
Prinsip ini berarti "teratur, teliti, teguh, jujur". Mangkunegaran IV menerapkan prinsip ini dalam setiap aspek kepemimpinannya. Ia menekankan pentingnya disiplin, ketelitian, keteguhan, dan kejujuran dalam menjalankan tugas. Prinsip ini membantu menciptakan pemerintahan yang efisien dan berintegritas.
6. Kepemimpinan yang Berbasis Kebatinan
Mangkunegaran IV mengkategorikan kepemimpinan ke dalam tiga tingkatan: Nistha, Madya, dan Utama. Kategori ini memberikan kerangka yang berguna untuk menilai dan meningkatkan kualitas kepemimpinan, baik dalam konteks pemerintahan, bisnis, maupun bidang lainnya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip kebatinan, ia mampu menciptakan kepemimpinan yang tidak hanya efektif tetapi juga beretika dan bermoral tinggi.