Dakwah merupakan pilar utama dalam islam yang bertujuan mengajak manusia kepada kebenaran, keimanan, dan akhlak mulia. Al-Qur'an, sebagai pedoman umat islam, memberikan panduan jelas tentang bagaimana menjalankan dakwah melalui Surah Al-Imran ayat 104 dan Surah An-Nahl ayat 125. Kedua ayat ini, yang termasuk dalam kelompok surah madaniyyah yang di turunkan di Madinah pasca-hijrah Rasullulah SAW, menjadi landasan penting bagi para dai. Surah Al-Imran ayat 104 menekankan pentingnya kebersamaan dalam berdakwah untuk mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang ma'ruf, dan mencegah yang munkar. Sementara itu, Surah An-Nahl ayat 125 menguraikan metode dakwah yang bijaksana, penuh kasih sayang, dan santun. Artikel ini akan mengupas prinsip-prinsip dakwah berdasarkan kedua ayat tersebut dengan merujuk pada tafsir Ibnu Katsir, Buya Hamka, dan M. Quraish Shihab dalam tafsir al-misbah
1. Surah Al-Imran Ayat 104
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ١٠٤
Terjemah:
"Hendaklah ada di antara kamu sekelompok orang yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung."
Ayat ini menegaskan bahwa dakwah harus dilakukan secara kolektif oleh sekelompok umat. Menurut Ibnu Katsir, ayat ini mewajibkan adanya kelompok yang terorganisir untuk menyeru kepada kebaikan, memerintahkan yang ma'ruf, dan mencegah yang munkar. Kebersamaan ini membutuhkan keimanan yang kuat dan pengetahuan mendalam tentang Islam agar dakwah efektif.
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, menjelaskan bahwa ayat ini mendorong pembentukan komunitas dakwah yang terstruktur. Dakwah tidak hanya tanggung jawab individu, tetapi juga memerlukan kerja sama dalam jamaah untuk mencapai dampak yang lebih besar. Ia menegaskan bahwa "kebaikan" dalam ayat ini mencakup semua aspek kehidupan, mulai dari ibadah hingga muamalah.
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, menambahkan bahwa kata "ummatun" menunjukkan pentingnya organisasi dalam dakwah. Kelompok ini harus memiliki visi jelas dan bertindak secara kolektif untuk menjadi agen perubahan sosial. Keberuntungan (muflihun) hanya diraih dengan keikhlasan dan kesabaran dalam menjalankan tugas dakwah.
2. Surah An-Nahl Ayat 125
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ ١٢٥
Terjemah:
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."
Ayat ini menguraikan tiga metode dakwah: hikmah, mauidhah hasanah, dan mujadalah bil-lati hiya ahsan. Ibnu Katsir, menjelaskan bahwa "hikmah" adalah penyampaian dakwah dengan argumentasi logis yang disesuaikan dengan kondisi mad'u (objek dakwah). "Mauidhah hasanah" adalah nasihat yang lembut dan menyentuh hati, sedangkan "mujadalah bil-lati hiya ahsan" adalah debat dengan cara santun tanpa memicu permusuhan.
Buya Hamka, menegaskan bahwa dakwah harus dilakukan dengan kasih sayang dan kepekaan terhadap kondisi psikologis mad'u. Seorang dai harus memilih kata-kata yang tepat dan memahami konteks budaya masyarakat agar pesan diterima dengan baik.
M. Quraish Shihab, menyoroti fleksibilitas dalam dakwah. Hikmah menuntut pemahaman terhadap karakter mad'u, mauidhah hasanah menekankan emosi positif, dan mujadalah bil-lati hiya ahsan mengajarkan penyelesaian perbedaan pendapat dengan akhlak mulia. Ia juga menegaskan bahwa hasil dakwah diserahkan kepada Allah, sehingga dai harus fokus pada usaha.
Berdasarkan kedua ayat dan tafsir para ulama di atas, dapat disimpulkan Surah Al-Imran ayat 104 dan Surah An-Nahl ayat 125 menawarkan panduan lengkap bagi umat Islam dalam menjalankan dakwah. Kebersamaan, tujuan mulia, dan metode yang bijaksana adalah kunci keberhasilan dakwah. Seperti sabda Rasulullah SAW, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya" (HR. Ahmad). Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, seorang dai dapat menjadi agen perubahan yang membawa manfaat bagi umat dan mendapat ridha Allah SWT.
Penulis : Rafiah Afsah Ramadhani dan Hamidullah Mahmud
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI