Mohon tunggu...
Rafendra Aditya
Rafendra Aditya Mohon Tunggu... Staf Biro Informasi dan Hukum Kemenko Kemaritiman -

Menulis membuatku merasakan hal-hal yang tak dapat kurasakan di dunia nyata. Menulis itu membangun rumah, dengan pondasi gagasan, material kata-kata dan atap khasanah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

FlashFiction | Maafkan aku, Bu!

23 Agustus 2016   17:20 Diperbarui: 23 Agustus 2016   17:39 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia mengendap-endap memasuki pemakaman. Pikirannya sudah gelap. Seolah tak ada pilihan lagi.. Dia langsung menggali begitu menemukan makam yang ia cari. Cuaca buruk malam itu justru menguntungkannya: air hujan membuat tanah kian gembur. Oh apakah alam sedang memihak pada setan?

"Bayar hutangmu atau kami akan membunuhmu! Cuh!" suara berang itu terus terngiang. Semakin memacu tenaganya menggali. 

"Haha! Yang benar saja, aku masih ingin menikmati masa muda!" tawanya menantang hujan.

Diraihnya jemari dari jasad yang kaku itu. Cincin di jari manis itu ditariknya pelan. Tapi rupanya sudah terlalu lekat. Ditariknya lagi dengan lebih kuat. Namun cincin harapan pelunas hutang itu masih belum mau terlepas.

"Maafkan aku bu..." 

Crakk! Cangkulnya mengayun keras.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun