Mohon tunggu...
Radex Nugraho
Radex Nugraho Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Peternak Lebah, Pelajar Mandarin, Pecinta Anjing, Akupunturis, Pekebun, Warga Kota Salatiga dan pemilik lapak Tokopedia dengan ID "Amanah Raja"

Penulis, Peternak Lebah, Pelajar Mandarin, Pecinta Anjing, Akupunturis, Pekebun, Warga Kota Salatiga dan pemilik lapak Tokopedia dengan ID "Amanah Raja"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tentang Bekerja di Gudang

21 September 2020   13:32 Diperbarui: 21 September 2020   13:38 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seorang staff gudang  datang bertanya:


Berilah penjelasan pada kami soal bekerja Pak Kiai.

Maka demikianlah bunyi jawab sang Kiai:


*
Kau bekerja di gudang supaya langkahmu seiring irama bumi, serta perjalanan roh jagad ini.
Berpangku tangan menjadikanmu orang asing bagi musim.
Serta keluar dari barisan kehidupan sendiri.
Yang menderap perkasa, megah dalam ketaatannya, menuju keabadian masa.

Bila bekerja di gudang engkau ibarat sepucuk seruling, lewat jantungnya bisikan sang waktu menjelma lagu.
Siapa mau menjadi ilalang dungu dan bisu, pabila semesta raya melagukan gita bersama?

Selama ini kau dengar orang berkata, bahwa bekerja berkeringat di gudang adalah kutukan, dan susah payah menarik palet merupakan nasib, takdir suratan.
Tetapi aku berkata kepadamu bahwa bila kau bekerja di gudang, engkau memenuhi sebagian cita-cita bumi yang tertinggi.
Yang tersurat untukmu, ketika cita-cita itu terjelma.
Dengan selalu menyibukkan diri dalam bekerja di gudang, hakekatnya engkau mencintai kehidupan.
Mencintai kehidupan dengan bekerja di gudang, adalah menyelami rahasia hidup yang paling dalam.

Namun pabila dalam derita kausebut kelahiran sebagai siksa, dan pencarian nafkah di tempat kerjamu sebuah kutukan yang tercoreng di kening,
Maka aku berkata bahwa tiada lain dari cucuran keringat jua, yang dapat membasuh suratan nasib manusia dan nasibmu.

Selama ini kaudengar orang berkata pula, bahwa hidup adalah kegelapan, dan dalam keletihanmu mengangkat kardus kautirukan kata-kata mereka yang lelah.
Namun aku berkata bahwa hidup memang kegelapan, kecuali jika ada dorongan.
Dan semua dorongan buta belaka, kecuali jika ada pengetahuan.
Dan segala pengetahuan  adalah hampa, kecuali jika ada pekerjaan.
Dan segenap pekerjaan adalah sia-sia, kecuali jika ada kecintaan.

Jikalau kau bekerja di gudang dengan rasa cinta, engkau menyatukan dirimu dengan dirimu
Kausatukan dirimu dengan orang lain, dan sebaliknya, serta kaudekatkan dirimu kepada Tuhan.

Dan apakah yang dinamakan bekerja di gudang dengan rasa cinta?
Laksana menenun kain dengan benang yag ditarik dari jantungmu, seolah-olah kekasihmulah yang akan mengenakan kain itu.
Bagai membangun rumah dengan penuh kesayangan, seolah-olah kekasihmulah yang akan mendiaminya di masa depan.

Seperti menyebar benih dengan kemesraan, dan memungut panen dengan kegirangan, seolah-olah kekasihmulah yang akan makan buahnya kemudian.

 Seperti mengangkat kardus dan inner box karena kau tau akan mendapat pundi pundi uang dari tiap tiap lembar lembar yang kau angkat

Paterikan corakmu pada setiap biji plastik, palet dan barang jadi, dengan nafas dari semangatmu pribadi.
Ketahuilah bahwa semua roh suci sedang berdiri mengelilingimu, memperhatikan dan mengawasi serta memberi restu.

Seringkali kudengar engkau berkata-kata, laksana menggumam dalam mimpi,
"Dia yang bekerja sebagai PPIC, dan menemukan di dalamnya bentuk jiwanya sendiri lebih tinggi martabatnya daripada dia si  karyawan gudang".
"Dan dia yang mengurus ekspor impor  di bagian layanan kawasan berikat untuk diurus ijinnya, menyerupai pusat hidup perusahaan, derajatnya lebih mulia dari dia si tukang angkat angkat palet kita".

Namun aku berkata tidak di dalam tidur melainkan di kala jaga sepenuhnya, ketika matahari tinggi.
Bahwa angin berbisik tidak lebih mesra di pohon jati raksasa daripada di rerumputan yang paling kecil dan tanpa arti.
Dan hanya Dialah sungguh besar, yang menggubah suara angin, menjadi sebuah simponi yang makin agung karena kasih-sayangNya.

Kerja adalah cinta yang termanifestasikan.

Dan jika kau tiada sanggup bekerja dengan cinta, hanya dengan enggan, maka lebih baiklah jika engkau meninggalkannya.
Lalu mengambil tempat di depan masjid, meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan sukacita.
Sebab bila kau memasak roti dengan rasa tertekan, maka pahitlah jadinya dan setengah mengenyangkan.
Bilamana kau menggerutu ketika memeras anggur, gerutu itu meracuni air anggur.
Bilamana kau mengangkat angkat sak masterbatch didepan petugas bea cukai, leleh juga air matamu.

Dan walaupun kau menyanyi dengan suara bidadari, namun hatimu tiada menyukainya.
Maka tertutuplah telinga manusia dari segala bunyi-bunyian siang dan suara malam hari

Puisi ini disadur dari Puisi Kahlil Gibran "Tentang Kerja"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun