Mohon tunggu...
Radinka WilonaHarahap
Radinka WilonaHarahap Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Untuk tugas sekolah

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film One Night Stand (2021): Bukan Sekadar Kisah Cinta Singkat Biasa

25 Maret 2024   17:12 Diperbarui: 25 Maret 2024   17:23 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah dimulai dari kabar duka yang menghampiri Baskara (Jourdy Pranata) dari Jogja ketika istri tetangga lamanya, Rendra (Tegar Satrya)---seorang seniman pelukis ---telah meninggal dunia. Dalam penerbangan yang melintasi langit dari Jakarta menuju bandara Yogyakarta, Baskara dan Lea (Putri Marino), yang ditugaskan untuk mengantarnya ke lokasi pemakaman, pertama kali bertukar pandang. Sejak pertemuan awal mereka, terjalinlah sebuah ikatan yang tak terbantahkan antara dua individu tersebut. Dalam percakapan mereka, terungkaplah hasrat mendalam akan sensasi dan kebebasan---untuk meninggalkan belenggu kehidupan sehari-hari dan menjelajah ke tempat yang jauh, mencari suaka dalam kesendirian yang membebaskan.

Pemakaman berlalu, kemudian dalam dorongan spontan, Baskara mengundang Lea untuk menemaninya ke sebuah pernikahan. Dengan rasa terkejut namun terhormat, Lea menerima. Di sepanjang perjalanan, percakapan terus mengalir deras, sehingga membawa mereka pada pengenalan yang lebih dalam---dari kenangan masa kecil Lea yang pahit, hingga pengakuan Baskara tentang kecenderungannya mengorbankan kebahagiaan pribadi demi menyenangkan hati orang lain.

Pada acara pernikahan, Baskara dan Lea menjadi saksi dari manifestasi cinta sejati dalam bentuknya yang paling murni di antara pasangan Ruth (Ruth Marini) dan Edo (Eduwart Manalu).  Setelah upacara pernikahan, di tepi pantai dengan sebotol anggur, Baskara dan Lea kembali melakukan perbincangan yang bermakna tentang esensi cinta yang merupakan sebuah 'safe place', beserta Lea berusaha mendorong Baskara untuk melepaskan diri dari rantai ekspektasi orang lain. Mereka pun meninggalkan pernikahan dan bergerak menuju bar untuk menenggelamkan diri dalam tarian, nyanyian, dan alkohol. Malam itu berujung pada kebersamaan mereka di rumah Lea, di mana mereka menyerahkan diri pada nafsu dan hasrat yang membara.

Film "One Night Stand" ini, dengan kepiawaian sutradara dan penulis skenario Adriyanto Dewo, mengajak penonton untuk menyelami kedalaman emosi dan kompleksitas hubungan manusia. Berbagai jenis cinta dipaparkan secara halus dalam perjalanan karakter Baskara. Terlihatlah cinta yang hampa antara Baskara dan Ayu (Agnes Naomi), karena Ayu terus memberikan harapan palsu yang membuat hubungan mereka tidak stabil. Baskara, yang terus-menerus terjebak dalam siklus kebohongan, merasa terperangkap dalam kekosongan yang menggerus kepercayaannya pada cinta.

Selain itu, terdapat juga contoh cinta bertepuk sebelah tangan di antara Rendra dan almarhum istrinya. Pada saat pemakaman, terungkap bahwa istrinya memiliki hubungan yang lebih kuat dengan pria lain. Hal ini menunjukkan bahwa cinta sejatinya mungkin tidak berada di tempat yang diharapkan. Ruth dan Edo, di sisi lain, menampilkan cinta yang tulus dan saling mendukung. Hubungan mereka menggambarkan cinta sebagai tempat yang aman di mana kita bisa beristirahat dari beban hidup bersama orang yang kita cintai. 

Masih menjadi misteri apakah cinta tumbuh di antara Lea dan Baskara selama waktu yang mereka habiskan bersama. Pada hakikatnya, one night stand adalah tindakan seksual yang egois. Dua orang mengalami kenikmatan seksual yang mutual tanpa pamrih dan hanya dengan tujuan kesenangan jangka pendek, itulah mengapa disebut one night stand. Istilah ini biasa dikenal hubungan tanpa arti, tetapi tidak dapat disangkal bahwa ada koneksi yang kuat di antara Baskara dan Lea. Dua jiwa dengan latar belakang berbeda namun saling memahami lebih dari siapapun. Mereka menemukan pelarian dalam satu sama lain, serta menyentuh bagian-bagian yang tersembunyi dan terluka dari diri masing-masing dengan penuh kehangatan dan pengertian. Meskipun keintiman mereka hanya terjadi sebatas satu malam, tetapi kedekatan yang mereka rasakan melebihi batas-batas waktu yang singkat itu.

Dalam sebuah adegan di dalam mobil, Lea, dengan nada penuh renungan, mengungkapkan pandangannya bahwa alam semesta ini berjalan atas dasar kebetulan. Di sisi lain, Baskara dengan tegas berpendapat bahwa segala yang terjadi adalah bagian dari desain yang lebih besar,  yakni sebuah skenario yang telah direncanakan. Kebetulan, dalam pengertian sehari-hari, merupakan serangkaian peristiwa yang terjadi secara acak, tanpa niat atau rencana yang terbentuk. Sementara itu, takdir dianggap sebagai rangkaian peristiwa yang telah ditetapkan untuk terjadi dalam kehidupan seseorang--tak terelakkan dan tak terhindarkan. 

Dalam konteks naratif film yang mendalam ini, kedua konsep tersebut diperdebatkan dengan elegan. Mungkin memang sudah menjadi takdir bahwa dua jiwa yang terhilang dalam kehidupan ini akan saling menemukan dan memberikan arti satu sama lain. Lea, yang telah lama ditinggalkan oleh ayahnya dan kehilangan kemampuan untuk meneteskan air mata, menemukan solusi atas kekeringan emosinya dalam pertemuan yang sarat makna dengan Baskara. Di sisi lain, Baskara, yang selalu hidup untuk orang lain, akhirnya belajar untuk mengutamakan diri sendiri dan memilih jalan hidupnya sendiri. Ia meninggalkan Jakarta demi sebuah awal baru di tempat yang jauh di akhir cerita. 

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pertemuan mereka juga dapat diinterpretasikan sebagai kebetulan yang luar biasa. Dua individu dengan latar belakang dan masalah yang kompleks secara kebetulan bertemu, dan melalui serangkaian peristiwa yang tidak terduga, mereka menemukan kesembuhan dalam diri satu sama lain. Kedua interpretasi ini, baik takdir maupun kebetulan, berpadu dengan harmonis dalam narasi film.

Dalam penceritaan yang penuh dengan dialog-dialog yang memikat, film ini berhasil menampilkan emosi yang nyata antara para aktornya. Chemistry yang terjalin antara Lea dan Baskara tidak hanya meyakinkan, tetapi juga mengundang penonton untuk merasakan setiap denyut nadi perasaan yang mereka alami. Penulisan skenario yang cermat dan penuh nuansa memberikan kedalaman pada setiap adegan dan memungkinkan penonton untuk terhanyut dalam alur cerita yang disajikan. 

Meskipun terdapat kritik bahwa film ini terlalu banyak berdialog dan terkesan canggung, hal tersebut justru menambah realitas dalam pemaparan karakter-karakternya. Seperti dalam kehidupan nyata, pertemuan pertama seringkali dimulai dengan kecanggungan yang kemudian berubah menjadi konversasi yang bermakna seiring dengan bertambahnya kedekatan antar individu. Film ini dengan apik menggambarkan proses tersebut, di mana dialog yang awalnya tampak tidak penting perlahan-lahan berubah menjadi pertukaran pikiran yang kaya dan penuh makna. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun