Mohon tunggu...
Radiman Siringoringo
Radiman Siringoringo Mohon Tunggu... mahasiswa

saya seorang mahasiswa yang keseharian saya adalah menulis, dengan tujuan untuk menuangkan ide saya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Renungan Kristen: "Rajin Beribadah, Rajin Pula Berbuat Dosa"

1 Agustus 2025   20:25 Diperbarui: 1 Agustus 2025   20:25 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Hari-hari ini, tidak sulit menemukan orang yang rajin beribadah, bahkan terlibat aktif dalam pelayanan, tetapi sekaligus rajin pula menipu, korupsi, dan hidup dalam dosa tanpa rasa takut kepada Allah. mereka hafal ayat Alkitab, tahu liturgi, terbiasa menyanyikan lagu pujian dan nyanyian penyembahan, tetapi tidak hidup dalam kebenaran. fenomena ini menunjukkan bahwa gereja sedang mengalami krisis moral dan spritual, dan harus segera kembali kepada Injil yang murni. 

    Di Dalam Alkitab ditegaskan Agama tanpa pertobatan: bencana rohani. Yesus berkata dalam kitab Matius 7:21-23, "bukan setiap orang yang berseru-seru kepada Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam kejaraan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga. pada waktu itu aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: aku tidak pernah mengenalmu! enyalah dari hadapan-Ku, kamu sekalian pembuat kejatahan!". Perkataan Yesus ini sangat serius. dengan perkataan lain, Yesus tidak sedang menilai siapa yang paling rajin ke gereja, tetapi siapa yang benar benar hidup hidup dalam pertobatan dan ketaatan. bahkan pelayanan pun tidak membenarkan kehidupan yang tidak suci. Raji beragama tanpa pertobatan adalah bentuk kesesatan yang dibungkus liturgi. 

    Banyak kasus memperlihatkan bahwa warga gereja terlibat dalam kejahatan seperti penggelapan, manipulasi, dan penyalahgunaan jabatan rohani, mereka tidak hanya mencoreng nama gereja, tetapi juga menghina makna pengorbanan Kristus di kayu salib. Iman yang sejati harus tercermin dalam integritas, bukan kemunafikan yang berselimut kekudusan palsu. Gereja dipanggil untuk bertobat dan kembali hidup dalam kebenaran yang memuliakan Tuhan. Titus 1:16 menggambarkan mereka: "Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup melakukan sesuatu yang baik." Mereka adalah orang-orang yang membajak kekristenan untuk membenarkan kehidupan duniawi mereka. Tetapi Tuhan tidak bisa ditipu oleh tampilan luar.

     Gereja harus kembali pada Injil yang menggugat dosa, menuntut pertobatan, dan menyerukan kekudusan. Injil bukanlah alat untuk kenyamanan rohani, tetapi panggilan untuk mati terhadap dosa dan hidup bagi Kristus (Galatia 2:20). Bila gereja hanya menjadi tempat pelarian emosional dan bukan tempat konfrontasi dengan dosa, maka gereja hanya mencetak jemaat yang dekat dengan liturgi, tetapi jauh dari Tuhan. 2 Korintus 13:5 memperingatkan: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!" Tanpa pertobatan sejati, kita akan kehilangan Tuhan untuk selama-lamanya. Neraka bukan hanya bagi orang jahat di luar gereja, tetapi juga bagi orang yang rajin beragama tetapi menolak hidup dalam kekudusan. Kasih karunia bukan izin untuk hidup seenaknya. Kasih karunia adalah kekuatan untuk bertobat dan hidup benar. Jika kita terus berbuat dosa dengan sadar setelah mengenal kebenaran, maka kita bukan korban kelemahan, tetapi pelaku kejahatan rohani.

   Yesus mengecam keras orang Farisi yang seperti ini: "Hai kamu orang munafik! Sebab kamu seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran." (Matius 23:27) Rajin ke gereja tidak menyelamatkan jika tidak serius mencintai Tuhan.

     

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun