Pendidikan bukan soal mengajar di depan kelas. Pendidikan adalah soal hadir. Dan dari para pamong, saya belajar tentang kehadiran yang utuh.
Kehadiran yang bukan sekadar fisik, tapi yang memperhatikan, merasakan, dan menemani. Seperti kata Kartini, "Hendaknya kita menjadi manusia yang berguna bagi orang lain, apapun pekerjaan kita." Para pamong menghidupi makna itu dalam langkah mereka.
Dalam dunia pendidikan, kita sering membicarakan metode, kurikulum, dan teknologi. Tapi sesungguhnya, inti dari semua itu adalah manusia dan kehadiran manusia yang mencintai.
Dan dalam kehidupan berasrama, para pamonglah yang menjadi wajah cinta itu.
Hari ini, saya menulis sebagai bentuk penghargaan dan syukur. Untuk mereka yang menjalani malam-malam panjang, yang sabar menata emosi anak-anak, yang tahu kapan harus menegur dan kapan harus memeluk. Untuk mereka yang menjadi rumah bagi anak-anak yang jauh dari rumah.
Dari mereka, saya belajar. Tentang pendidikan, tentang cinta, dan tentang kehadiran.
Karena mereka, yang tak terlihat, tapi selalu ada.
Lalu, dalam dunia pendidikan yang Anda kenal atau jalani---siapa sosok "pamong" itu bagi Anda?
Apakah Anda pernah bertemu seseorang yang tak banyak bicara, tapi kehadirannya menguatkan?
Mari berbagi cerita dan rasa karena mungkin, di sanalah kita menemukan makna terdalam dari mendidik: hadir, setia, dan mencintai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI