Fasilitas literasi di Indonesia masih belum merata. Perpustakaan yang lengkap dan modern umumnya hanya tersedia di kota-kota besar, sementara masyarakat di desa atau daerah terpencil kerap kesulitan menemukan sumber bacaan.
Keterbatasan distribusi buku membuat masyarakat di wilayah tertentu semakin jauh dari akses literasi. Hal ini menjadi hambatan serius dalam membangun budaya membaca yang inklusif.
2. Dominasi Hiburan Digital
Perkembangan teknologi digital membawa dampak signifikan terhadap gaya hidup masyarakat. Banyak orang lebih memilih menonton video, berselancar di media sosial, atau bermain gim daripada membaca buku.
Hiburan digital memberikan kepuasan instan yang lebih mudah diakses, sehingga membaca dianggap membutuhkan usaha lebih besar. Perubahan pola konsumsi informasi ini turut melemahkan minat baca masyarakat Indonesia.
3. Kurangnya Teladan dari Lingkungan
Budaya membaca perlu ditanamkan sejak dini, namun hal ini tidak akan tercapai tanpa teladan nyata dari keluarga dan pendidik. Banyak anak tumbuh tanpa melihat membaca sebagai kebiasaan sehari-hari, karena orang tua dan guru pun jarang memberi contoh langsung.
Padahal, ketika anak terbiasa melihat lingkungannya membaca, mereka akan lebih mudah menirunya. Tanpa teladan yang kuat, membaca sulit dipandang sebagai bagian penting dari kehidupan sehari-hari.
4. Biaya Buku yang Relatif Mahal
Harga buku di Indonesia sering dianggap cukup tinggi oleh sebagian besar masyarakat. Bagi keluarga dengan keterbatasan ekonomi, membeli buku bukan menjadi prioritas utama.
Di negara lain, sistem subsidi atau fasilitas publik membuat masyarakat lebih mudah mengakses bacaan. Perbedaan ini menunjukkan bahwa faktor ekonomi juga menjadi penghambat tumbuhnya budaya membaca.
5. Rendahnya Kualitas Pendidikan Literasi
Sistem pendidikan di Indonesia masih sering menekankan hafalan daripada pemahaman dan analisis. Membaca dianggap sebagai kewajiban akademis semata, bukan aktivitas yang menyenangkan dan bermanfaat jangka panjang.
Akibatnya, siswa tidak terbiasa membaca secara mandiri di luar kebutuhan sekolah. Jika kebiasaan ini terbawa hingga dewasa, minat baca masyarakat Indonesia sulit berkembang dengan baik.
Dampak Rendahnya Minat Baca
Rendahnya minat baca berdampak pada banyak aspek kehidupan. Masyarakat yang jarang membaca cenderung lebih mudah menerima informasi tanpa melakukan verifikasi. Hal ini berisiko memperbesar penyebaran informasi yang tidak akurat.