Mohon tunggu...
Djaelani RachmatElqassam
Djaelani RachmatElqassam Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menjadi insan yang berlomba-lomba dalam kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Budaya Membaca Saat Ini

23 Oktober 2019   23:13 Diperbarui: 23 Oktober 2019   23:21 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Djaelani Rachmat Elqassam
IAIN SAMARINDA

Telah kita ketahuai bahwasanya membaca buku dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan ide-ide cemerlang untuk memperoleh solusi yang baik dalam menyelesaikan masalah. Membaca pun dapat memparbaiki pola berbicara agar lebih mudah dipahami


Namun sangat disayangkan, membaca buku belum menjadi kebiasaan yang membudaya. Hari ini membaca buku, mungkin besok entah minggu depan bahkan bulan depan baru membaca lagi.
Kemudian dalam pendidikan pula, fungsi sistem yang ada pun belum berjalan dengan baik dalam membangun kebiasaan membaca bagi pelajar peserta didik.


Banyak faktor yang menjadi sebab lemahnya kebiasaan membaca buku diantaranya ialah, genggaman gadget lebih kuat dibandingkan genggaman buku yaitu lebih asyik melihat telepon dibandingkan membaca buku, serta dari  lingkungan belajar yang tidak mendukung, dan yang lebih mirisnya lagi ialah peserta didik lebih sering membuang waktunya yang digunakan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi masa depannya.


Budaya membaca itu sangatlah penting, karena sebagian orang ada yang berpendapat pula bahwa budaya membaca lebih penting dari pada sekolah dalam tujuan mencapai kesuksesan, sebab membaca tanpa bersekolah pun masih memiliki peluang dalam mencapai kesuksesan, karena membaca dapat memperoleh pola pikir yang luas dan tajam, meningkatkan kretivitas kita dalam bekerja dan bisa menciptakan lapangan kerja guna mencapai kesuksesan, namun lebih disayangkan tidak suka membaca tetapi bersekolah, kemungkinan peluang untuk mencapai kesuksesan akan lebih kecil.


Budaya, kata teori terbangun dari kebiasaan-kebiasaan yang kemudian dilakukan secara bersama-sama, itulah budaya. Mungkin dari sebagian orang pun tidak memiliki kebiasaan membaca. Banyak faktor penyebabnya, lemahnya faktor membaca, mungkin saja dianggap tidak perlu atau karena bacaan yang ada tidak memiliki daya tarik
Masalah kemampuan membaca yang lemah rasanya kita harus mengakuinya, bisa dilihat dari hasil survey penelitian angka Human Development Index (HDI) Indonesia yang indikatornya antara lain kemapuan membaca dan lama sekolah masih berada pada peringkat 111 dari 174 negara. Ada juga penelitian yang menempatkan Indonesia pada peringkat 39 dari 41 negara dalam hal tingkat kemampuan membaca. Menurut data depdiknas, tahun 2017, memprihatinkan, ternyata minat baca Indonesia duduki peringkat 60 dari 61 negara, mungkin ada sekkitar sembilan juta penduduk Indonesia  yan belum bisa membaca, menulis, dan menghitung. Mereka masuk kartegori buta aksara, bahwa jelas kemampuan baca kita memang sangat rendah.


Seharusnya sadar akan kemampuan baca yang lemah, peserta didik kita tidak terpicu untuk bisa membudayakan membaca. Kurangnya daya tarik dan minat untuk membaca, dan rata-rata peserta didik dalam menerapkan budaya membaca masih sangat rendah.


Padahal kita telah mengetahui dengan sendirinya bahwa menerima informasi berita kabar tidak cukup hanya diterima dengan mendengar saja. Telah kita ketahuai dengan sebutan kata hoax saat ini bukti infomasi yang tidak jelas, hanya didengar tanpa dlihat dan dibaca.
Maka dari itu kita harus membangun budaya kebiasaan membaca dalam kaitannya dengan aktivitas membaca bagi peserta didik generasi muda bangsa yang dapat berperan meningkatkan pengetahuan yang mereka dapat, perlu menyadari bahwa membaca juga merupakan dasar utama untuk segala keutamaan pengajaran. Dengan banyak membaca kita akan memperoleh beragam pengetahuan, motivasi, pola pikir, pola bicara yang bagus. Seluruh proses pembelajaran tidak akan berhasil tanpa adanya minat baca bagi peserta didik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun