Mohon tunggu...
Qoriah Rahmawati Ridho
Qoriah Rahmawati Ridho Mohon Tunggu... Guru - guru

hobi traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nasib Guru Penggerak, Berkail Namun Tak Berempang

6 Maret 2023   21:14 Diperbarui: 6 Maret 2023   21:23 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Namun apa yang terjadi di setiap sekolah tempat mereka kembali? Banyak sekali kail dan pancing itu tidak bisa dimanfaatkan karena ditempat  mereka sebagian besar mereka hanyalah guru biasa yang tidak punya kewenangan apapun disekolah. 

Bahkan kalau dalam satu sekolah hanya  ada 1 guru penggerak maka guru penggerak itu acap kali 'dimusuhi ' dianggap menganggu kenyamanan yang sudah ada selama ini. Akhirnya guru penggerak tersebut  juga mencari aman saja buat dirinya. 

Mengikuti lagi paradigma lama dan alur  yang ada disekolah tersebut karena tidak cukup kekuatan untuk melawan arus yang besar.Kalaupun guru penggerak tersebut konsisten akan komitmennya melakukan sebuah transformasi paling hanya sebatas untuk dirinya dan kelas yang menjadi kolam kecilnya. 

Pertanyaannya butuh waktu berapa lama seorang diri melakukan perubahan kalau hanya memiliki kolam kecil berupa kelas saja. Secara teori memang sebagai agen perubahan  harus mampu membangun relasi/ berkolaborasi dengan teman sejawat atau komunitas praktisi dalam  melakukan transfotmasi, Itu secara teori. 

Namun yang terjadi dilapangan tentu  tidak semudah teori. Akan lebih besar pengaruh perubahan apabila yang membawa perubahan itu diberikan ruang yang lebih besar sehingga punya power untuk bisa lebih mempengaruhi dan bisa lebih luas mengajak sebuah perubahan positif/ berpraktik baik di ekosistemnya. Yang saya tuliskan ini kenyataan yang saya dapat dari lapangan ketika saya berkomunikasi bersama guru penggerak dari sekolah lain.

Yang miris lagi bagi guru swasta dimana tidak ada kebermaknaan sertifikat  kelulusan pelatihan CGP nya karena belum ada aturan yang bisa melindungi dan memberi kesempatan para guru penggerak ini  untuk kenaikan jenjang karirnya. Apalagi untuk yayasan yang belum sadar dengan sebuah transformasi pendidikan program bagus dari pemerintah ini.

Pada saat mendengar pemerintah menjadikan kelulusan guru penggerak sebagai salah satu syarat untuk bisa menjadi kepala sekolah, tentu hal ini sangat membahagiakan hati para guru penggerak. 

Sudah sewajarnya pemerintah mengapresiasi usaha keras para pembawa perubahan tersebut dengan memberi sebuah angin segar. Namun menurut saya hal itu belum cukup untuk bisa segera mewujudkan  sebuah tranformasi. Perlu ada upaya lagi yang bisa membantu mempercepat transformasi. 

Kita semua tau yang memiliki peran besar dalam sebuah dunia pendidikan khususnya sekolah adalah para managemen/ kepala sekolah dibantu  para wakilnya. Maka sebaiknya pemerintah juga memberikan prasyarat harus lulus CGP untuk bisa  jadi wakil kepala sekolah. 

Dan tidak lagi pemilihan wakil kepala sekolah  itu dilakukan melalui pemilihan baik oleh kepala sekolah( memilih tentu hanya karena merasa nyaman bekerjasama bukan karena kemampauan dan pengalaman atau ilmunya) dan juga jangan dipilih oleh guru selama belum ada yang bisa menjamin yang terpilih itu benar benar yang mampu dan seorang agen perubahan atau yang punya sertifikat lulus CGP. 

Selama ini tidak hanya dipolitik saja yang melakukan jual beli suara bahkan ditahap lingkungan sekecil sekolah dimana seharusnya menjadi tempat mulia murid menuntut ilmupun malah juga melakukan hal tersebut  dalam  pemilihan managemennya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun