Mohon tunggu...
Qonyta Asmara
Qonyta Asmara Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Mama tiga putra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selamat Jalan, Maafkan Tentang Hatiku, Mas

18 Juni 2016   00:20 Diperbarui: 18 Juni 2016   00:45 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: georgecouros.ca

Aku bergegas pulang, setelah memastikan ruanganku sudah terkunci. Penatnya hari ini terbayar rasanya dengan esok hari libur. Mengajak tiga malaikat kecilku ke pantai. Sudah lama kami tidak bermain pasir berempat. Aku sudah merencanakan bersama mereka untuk menghabiskan waktu disana. Beragam rencana telah dibuat anak-anak. Aku tersenyum sekaligus terenyuh dengan ulah ketiganya.

Ayah mereka antara ada dan tiada, begitulah aku memahaminya. Ayah yang selalu mengatakan anak-anak prioritas hidupnya, tetapi hanya bisa pulang berbilang hari dalam dua purnama. Lebih senang hidup berjauhan daripada untuk bersama-sama. Akhirnya anak-anak seperti lupa dengan sosok ada dan tiada ini.
Kedatangannya tak ditunggu, kepergiannyapun bukan hal yang dikhawatirkan.

Pagi ini aku dan anak-anak bersiap untuk ke pantai, tiba-tiba ponselku berbunyi, kulirik siapa yang telepon pagi-pagi begini. Aku mulai bertanya ada apa gerangan? Sesuatu yang tidak biasa menelponku pagi-pagi begini dan dihari libur pula. Aku tahu persis dia akan habiskan weekend dengan perempuan-perempuan yang dia suka. Ah.... Aku mulai malas dibagian ini, untuk membayangkan sosoknya.

"Assalamualaikum? jawabku.

Terdengar menjadi aneh, karena bukan suara yang aku kenal. Mengabarkan dia kecelakaan. Aku tidak menanggapi biasalah di saat ini banyak orang menipu dengan modus seperti. Aku berpikir positif saja, mungkin telepon genggamnya tercecer dan hilang.

"Ayo, sayang kita jalan sekarang ya" ajakku memanggil buah hatiku,
Kami ingin nikmati liburan ini. Bagaimanapun hubunganku dengan ayah mereka, anak-anak harus bahagia tekadku.


Anak-anak tersenyum bahagia dan antusias dengan liburan ini. Kami sudah bersiap-siap memulai perjalanan, kembali ponselku berbunyi.

"Assalamualaikum, iya mbak" jawabku
"Iya, iya aku berangkat pagi ini" lanjutku

Kakak perempuan suamiku mengabarkan suamiku ada di rumah sakit sekarang, kukatakan tadi aku dikabari hal yang sama tetapi aku tidak percaya. Kabar ini sudah dicheck kebenarannya oleh adik suamiku yang tinggal dan bekerja satu kota dengannya.
Akhirnya, liburan kami kali ini harus kubatalkan.

"Maafin bunda ya, bunda harus berangkat pagi ini menjenguk ayah" pintaku pada ketiga buah hatiku.

Aku menjelaskan kepada anak-anak, aku akan ke Jakarta menjenguk ayahnya yang sekarang ada di rumah sakit. Mereka bisa mengerti, nanti aku akan cari waktu untuk mengajak mereka liburan ke pantai.

Aku berangkat dengan berbagai macam tanya di kepalaku, bagaimana bisa terjadi dan kapan kejadiannya. Sengaja aku tidak bertanya panjang lebar pada adik iparku yang masih menunggu dirumah sakit, saat dia menelponku.

"Allah, semoga tidak seperti mimpiku satu tahun yang lalu" do'aku dalam hati. Entahlah dari aku pertama kali mendengar berita tentangnya, hingga aku dalam perjalanan ini hatiku terasa tawar. Tak ada kecemasan ataupun ketakutan akan kehilangannya.

Mungkin ini dampak dari pengkhianatan yang selalu dilakukannya padaku. membentengi hatiku, menghilangkan segala rasa buatnya. Saat ini dihatiku berdo'a semoga Allah memberikan yang terbaik untuknya.

Bergegas aku jalani koridor rumah sakit sambil mencari ruangan tempat dia dirawat. Aku temukan lalu kubuka pintu, seketika aku merasa lemas sekujur tubuhku dialiri hawa dingin.

Aku terlambat, sosok yang dulu aku kagumi itu dan tempat aku pernah titipkan asa dan mimpiku telah kembali ke Pemilik-Nya.

Adik iparku berdiri mematung, tak berbicara sepatah kata, tetapi aku dihadapkan dengan seorang perempuan yang matanya sembab karena tangisnya tak juga reda.

"Kamu siapa?" tanyaku
"Maafkan aku.... aku....aku istrinya" jawabnya terbata diselingi isakannya.
"Oh......" lanjutku. Aku tidak ingin berkata apa-apa lagi.

Aku putuskan untuk kembali ke kotaku, kutinggalkan semuanya pun juga sosok laki-laki yang telah terbujur kaku tanpa aku pernah melihat wajahnya terakhir kali.

"Maafkan aku mas, masih ada yang akan mengurusi pemakamanmu" batinku

Aku merasa seperti pernah mengalami kejadian ini. Fragmen-fragmen dalam mimpi itu kembali berulang dalam nyata, iya..... deja vu.

Aku tinggalkan ruangan itu membawa langkahku pergi menjauh. Kembali bersama tiga buah hatiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun