Mohon tunggu...
Qomaruddin
Qomaruddin Mohon Tunggu... Copywriter yang tertarik pada isu pendidikan dan pemberdayaan masyarakat | Humas Al Irsyad Purwokerto | Redaktur Suara Al Irsyad

Menulis kata, merangkai aksi, dan menumbuhkan harapan untuk dunia yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ternyata Lebih Murah Beli daripada Ngontrak

28 Juni 2025   00:47 Diperbarui: 28 Juni 2025   00:52 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi susana di rumah (sumber: freepik.com/freepik) 

“Capek, Mas, ngontrak terus. Tiap tahun pindah, uang habis, rumah nggak pernah punya. Sekarang walau kecil, ini rumah saya sendiri.”

Hari itu, selepas Maghrib, saya singgah sejenak di masjid kecil di area Rumah Sakit DKT Purwokerto. Usai salat, saya memilih duduk sejenak di serambi masjid, menikmati udara malam yang mulai sejuk dan tenang. Di samping saya duduk seorang pria, sebaya, yang sepertinya juga sedang meluangkan waktu menenangkan diri.

Kami awalnya hanya bertukar senyum dan sapaan ringan. Namun seperti halnya banyak percakapan tak terduga di tempat umum, perbincangan kami perlahan-lahan mengalir—dari kabar kota, pekerjaan, hingga hal yang lebih personal: soal rumah.

Bukan rumah dalam arti fisik semata, tapi tentang rasa memiliki tempat untuk pulang.

Cerita Seseorang yang Bosan Ngontrak

“Sudah hampir sepuluh tahun saya ngontrak, Mas,” katanya pelan, suaranya hampir menyatu dengan deru kipas angin masjid. “Mulai dari petakan sampai rumah kecil. Tapi tiap tahun selalu ada alasan buat pindah.”

Ia bercerita tentang capeknya hidup berpindah-pindah. Tentang barang-barang yang rusak karena terlalu sering dibungkus dan dibuka. Tentang anak-anaknya yang harus terus beradaptasi dengan lingkungan baru. Dan tentang uang sewa yang seolah menguap begitu saja, tanpa bekas.

Akhir tahun lalu, ia memutuskan berhenti. Bukan karena mendadak kaya, tapi karena ia sadar: cicilan rumah ternyata bisa lebih murah dari biaya ngontrak.

Dari Mengontrak ke Mencicil Rumah

Ia mencicil rumah kecil di pinggiran Bogor. Bukan klaster elit, bukan rumah mewah. Cicilannya sekitar Rp800 ribuan per bulan—lebih rendah dari kontrakan sebelumnya yang menyentuh Rp1,2 juta.

Rumahnya belum sempurna. Belum ada plafon, belum dicat sepenuhnya. Tapi ia bilang, “Setidaknya sekarang saya nggak takut kalau pemilik kontrakan jual rumahnya. Ini milik saya. Mau saya tanemin singkong di samping rumah juga bebas.”

Sementara Saya Tinggal di Kampung

Saya mendengarkan sambil mengangguk. Kami memang berbeda. Saya tinggal di kampung tak jauh dari kota Purwokerto, di rumah yang saya bangun di atas tanah warisan keluarga. Tak pernah mengalami repotnya mencari kontrakan, apalagi pindah-pindah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun