Mohon tunggu...
Qiyva Haqqy Fathimah
Qiyva Haqqy Fathimah Mohon Tunggu... Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga

Saya akan menulis beberapa penelitian artikel tentang kesehatan yang jarang diketahui banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Darurat GGL Generasi Muda; Dampak dan Strategi Penanggulangannya p

12 Oktober 2025   18:44 Diperbarui: 12 Oktober 2025   18:44 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Merujuk Data Survey Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023, diketahui proporsi generasi muda (menurut definisi WHO adalah penduduk dengan rentang usia 10-24 tahun) dengan kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar gula tinggi lebih dari sekali sehari tercatat sebanyak 37,07%. Bahkan, untuk konsumsi minuman manis lebih mengkhawatirkan, proporsinya 46,93%! Artinya, hampir separuh generasi muda kerap mengkonsumsi minuman manis dalam jumlah yang melampaui ambang batas yang tentunya berpotensi terkena penyakit katastropik di atas. 

Hal tak jauh berbeda terjadi pula pada konsumsi garam. Proporsi generasi muda yang mengkonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi lebih dari sekali sehari tercatat sebesar 32,67%. Sedangkan, menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 masih sebesar 26,2% penduduk Indonesia yang mengkonsumsi garam berlebih. Sementara, tahun 2009 proporsinya baru 24, 5%. 

Adapun proporsi generasi muda dengan konsumsi makanan berlemak --makanan mengandung lemak yang tinggi, termasuk lemak jenuh dan mengandung kolesterol- lebih dari sekali sehari sebanyak 38,8%. Dengan demikian, sepertiga lebih generasi muda mengkonsumsi garam dan lemak berlebih! Realitas miris ini dikhawatirkan berdampak pada ledakan penyakit katastropik dalam beberapa tahun mendatang.

Ambang Batas dan Bahaya 'GGL'

Kementerian Kesehatan RI telah memberikan rumusan terkait ambang batas konsumsi gula, garam dan lemak (GGL). Rumusan dimaksud, yakni: G4 G1 L5. Dirjend Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dr. Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan rumus tersebut sebagai ambang batas konsumsi gula yakni, 50 gram/hari yang setara dengan 4 (empat) sendok makan (sdm). Selanjutnya, konsumsi garam maksimum 5 gram/hari yang setara dengan 1 (satu) sendok teh (sdt). Terakhir, konsumsi lemak maksimum sebanyak 67 gram/hari yang setara dengan 5 (lima) sendok makan (sdm)(Website Dinkes Prov. Kepri, 10/10/22).  

Sementara itu, America Heart Association (AHA) menyarankan konsumsi gula per hari 100 kalori atau sekitar 6 sendok teh. Menurut AHA pula, batas konsumsi gula untuk anak usia 2-18 tahun yakni, kurang dari 6 sendok teh atau 24 gr per hari. Sedangkan, minuman manis anak tak lebih dari 230 mili liter (ml) per pekan.  

WHO (World Health Organization) sendiri merekomendasikan konsumsi gula <10% energi harian atau setara dengan 25 gr/gula per hari. Sementara untuk, konsumsi garam maksimum < 2000 mg natrium/hari yang setara dengan 5 gr garam. Sedangkan, untuk lemak jenuh, AHA merekomendasikan 5-10% dari total energi harian.   

Berdasarkan hasil penelitian AHA diketahui dalam setiap 1 (satu) potong donat coklat mengandung 1,5 sdm gula. Sedangkan, 1 (satu) gelas minuman bersoda mengandung 2,5 sdm gula. Sehingga 1 potong donat dan 1 gelas minuman bersoda saja sudah memenuhi batasan konsumsi gula yaitu 4 sdm atau 50 gram/hari. Padahal, gula alami juga terkandung dalam buah-buahan segar sehingga tak perlu tambahan gula lagi. 

Sebuah hasil penelitian yang dipublikasikan PubMed/National Library of Medicine US (Yin Huang dkk, BMJ, 2023) menyimpulkan adanya korelasi positif kuat / signifikan antara konsumsi gula dengan penyakit kardiometabolik, seperti: diabetes type 2, jantung, stroke, hipertensi dan obesitas. Juga, penyakit lainnya seperti: kanker, neuropsikiatri, gigi, hati, tulang dan alergi. Selain itu, juga diperoleh hubungan signifikan dengan peningkatan berat badan akumulasi lemak ektopik. Adapun rekomendasi laporan ini yakni, anjuran konsumsi gula bebas atau gula tambahan hingga dibawah 25 gr/hari (6 sdt) dan membatasi konsumsi mnuman manis hingga kurang dari 200-355 ml/pekan. 

Sebuah studi terbaru yang telah dipresentasikan di United European Gastroenterology Week di Berlin yang dipublikasikan oleh Euronews ditemukan fakta bahwa konsumsi minuman manis dari gula meningkatkan resiko penyakit Lever sebesar 50%. Menurut penelitian tersebut, kandungan gula yang lebih tinggi dapat menyebabkan lonjakan glukosa darah dan insulin yang cepat, meningkatkan berat badan, kadar asam urat yang semuanya berkontribusi pada penumpukkan lemak di hati. 

Selanjutnya, terkait garam. Dalam sebuah laporan penelitian yang dipublikasikan PubMed/National Library of Medicine (Petra Rust dkk, Adv Exp. Med Biol, 2017) disimpulkan asupan garam (NaCl) yang berlebihan berpengaruh terhadap peningkatan resiko hipertensi. Pada gilirannya menjadi faktor utama terjadinya stroke, jantung koroner, gagal jantung dan ginjal. Selain itu, juga dikaitkan dengan kanker lambung dan obesitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun