Mohon tunggu...
Rifqi Royhani
Rifqi Royhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pamulang

Hallo, perkenalkan saya Rifqi Royhani. Usia saya 23 tahun. Saya berasal dari Tasikmalaya, dan sekarang tinggal di Pamulang, Tangerang Selatan. Saya merupakan seorang mahasiswi Semester 7 pada prodi Sastra Indonesia di Universitas Pamulang (UNPAM)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kilas Sederhana Seorang Guru Agama

12 Juli 2022   17:06 Diperbarui: 12 Juli 2022   17:11 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sirojul Munir atau yang biasa disapa Mang munir merupakan salah satu guru atau ustadz Madrasah Diniyah Nurul Hidayah Jamanis. Dia adalah anak dari Almh. Ocoh dan Alm. Zaenal Abidin. Kedua orang tua nya telah meninggal dunia, ayahnya beliau meninggal pada tahun 2000 dan ibunya meninggal pada Maret 2022 yang lalu. Mang Munir merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara.

Mang Munir lahir pada tanggal 27 Desember 1972 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Dia terlahir di lingkungan sebuah pesantren yang bernama Nurul Hidayah, dimana berdasarkan pernyataan beliau, Pesantren tersebut adalah awal dari berdirinya Madrasah Diniyah Nurul Hidayah.

Pada tahun 2007, beliau menikah, ia menikahi seorang perempuan yang sebelumnya merupakan seorang muridnya di madrasah. Dan saat ini, sudah dikaruniai tiga orang anak. Serta, beliau ini, dari tahun 2000 atau sebelum beliau menikah, beliau sudah mengasuh seorang anak perempuan yang merupakan anak dari adik beliau yang bercerai.

 Beliau merawat anak tersebut bersama almarhumah ibunya. Saat pergi kemanapun, baik itu mengaji atau acara apapun, seorang anak tersebut selalu ikut dengannya.

"Dia seperti anak saya sendiri, dan memang sejak dulu saya menganggap dia adalah anak saya. Dibanding dengan orang tuanya, saya adalah orang yang paling dekat dengan dia", ungkapnya

Saat ini, Mang Munir tinggal di Kampung Kertasari RT 01 RW 06, Desa Condong, Kecamatan Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Sewaktu kecil Mang Munir pernah bersekolah di MI Condong, dan lulus sekitar tahun 80-an. Lalu dia melanjutkan pendidikannya di beberapa pesantren. 

Dokpri
Dokpri

Berdasarkan pernyataan beliau, Madrasah Diniyah Nurul Hidayah tersebut yang merupakan tempat kelahirannya, dulunya adalah sebuah pesantren yang dulunya memiliki cukup banyak santri yang datang dari berbagai daerah berbeda. Dan ayah beliau, dulunya termasuk pengurus, pendiri dan juga pengajar di pesantren tersebut. 

Beliau mendirikan pesantren tersebut bersama dengan 3 saudaranya beserta tokoh yang lain. Tapi seiring Waktu, selepas almarhum ayah nya dan Guru-guru lainnya wafat, pesantren tersebut akhirnya sepi dan kehilangan banyak santrinya sampai akhirnya tutup dan berubah menjadi hanya madrasah Diniyah.

Menurut pendapatnya kembali, Kota Tasikmalaya  yang dikenal sebagai kota santri, di setiap sudutnya terdapat begitu banyak pesantren. Hampir setiap kampung semuanya memiliki pesantren, bahkan didalam satu kampung, bukan hanya memiliki satu saja pesantren, tetapi ada juga yang lebih dari satu. mungkin hal tersebut yang membuat santri disini akhirnya lama-lama menghilang. Mereka lebih memilih pesantren dengan guru-guru yang masih lengkap dan terkenal.

Mang Munir, mulai mengajar di Madrasah Diniyah Nurul Hidayah ini sejak dia masih menimba ilmu di pesantren Darul Ulum Rajapolah. Yang berjarak sekitar 5 KM dari Madrasah Diniyah Nurul Hidayah. Awal mulanya dia hanya diminta almarhum ayah beliau untuk menggantikannya mengajar apabila almarhum ada halangan mengajar. 

Dengan senang hati beliau membantu mengajar, sampai suatu ketika ayahnya wafat, beliau diangkat menjadi guru di Madrasah Diniyah Nurul Hidayah ini hingga sekarang.

Menurut beliau, ia sudah menjadi pengajar di Madrasah ini selama kurang lebih 30 tahun lamanya. Beliau sudah pernah beberapa ingin berhenti mengajar disini, tapi selalu tidak pernah terjadi, karena beliau teringat akan perjuangan da pesan ayahnya untuk tidak pernah meninggalkan Madrasah ini.

"Mungkin seumur hidup saya, akan tetap mengabdi disini", ungkapnya

Berdasarkan Pernyataan nya, dari pekerjaannya ini, per bulan nya beliau hanya mendapatkan gaji kurang dari 500 ribu. Sebelumnya malah hanya kurang dari 300 per bulan.

Jika kita hitung-hitung dan pikirkan, uang sebesar itu tidak cukup untuk sebulan. Apalagi dengan beliau yang memiliki tiga orang anak dan harus memenuhi banyak kebutuhan lainnya.

Tapi beliau tidak pernah mempersoalkan gajinya berapa, setiap hari ia selalu semangat belajar.

" Alhamdulillah, rezeki mah ada aja, walaupun gaji saya hanya segitu, selain dari gaji tersebut, saat ini saya juga mendapat pemasukan dari PAH atau tenaga guru agama honorer, walaupun tidak dibayarkan tiap bulan tapi Alhamdulillah ada harapan dari itu." Jelasnya

Beliau juga aktif di kegiatan organisasi eksternal lainnya, seperti saat ini sudah sekitar 8 tahun beliau menjadi seorang BANSER (Barisan Serbaguna) atau masyarakat awam menyebutnya TNI nya NU. Jika ada pengajian atau apapun acara NU, para BAMSER inilah yang ikut andil menjadi pasukan pengaman.

Selain itu juga beliau aktif di beberapa organisasi lainnya dan apabila ada suatu kegiatan sering sekali diikutsertakan sebagai panitia. Beliau juga sempat menjadi kordes Diniyah tingkat desa dan pengurus KKDT kecamatan. Dan banyak lagi yang lainnya. Apapun beliau ikuti. Bahkan beliau juga pernah menjadi kader partai dan menjadi pengurus rantingbdari suatu partai terkenal di Indonesia.

"dari zaman saya sekolah, saya memang sudah sangat suka ikut organisasi-organisasi " jelasnya lagi.

Demikian, biografi dari seorang guru madrasah yang tidak pernah menyerah dan berputus asa walaupun sedikit penghasilan nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun