Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Glorifikasi Self-Control dalam Kepala Overthinkers

1 Juni 2023   15:20 Diperbarui: 3 Juni 2023   01:08 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pikiran overthinkers, self control dapat menjadi dinamika yang unik dan kompleks. Overthinkers cenderung memiliki kesadaran yang tinggi (sangat self conscious) akan pemikirannya dan kecenderungan untuk merenung secara berlebihan. Overthinkers sering menemukan dirinya terjebak dalam siklus menganalisis yang berlebihan, banyak menebak-nebak, dan sering kali meragukan tindakan dan pilihan hidup. Konsekuensinya, self control tersebut mungkin menjadi berat sebelah dan terhalang oleh penekanan berlebihan pada kehati-hatian dan ketakutan membuat kesalahan.

Proses kognitif yang terlibat dalam self control terjadi di sekitar korteks prefrontal, yang bertanggung jawab atas fungsi eksekutif seperti pengambilan keputusan, pengaturan perhatian, dan kontrol impuls. 

Ketika kita melakukan self control, korteks prefrontal membantu mengesampingkan keinginan impulsif atau segera demi tujuan jangka panjang. Namun, dalam kasus overthinkers, korteks prefrontal mungkin terlalu aktif, menyebabkan fokus berlebihan pada analisis dan pertimbangan, yang dapat mengganggu pengambilan tindakan tegas.

Overthinkers sering mengalami fenomena yang dikenal sebagai kelumpuhan analisis (analysis paralysis), di mana kita sebagai overthinkers menjadi begitu sibuk dengan menimbang setiap pilihan yang mungkin dan memprediksi hasil sehingga kita berjuang untuk membuat keputusan atau mengambil tindakan. Analisis yang berlebihan ini dapat menghabiskan sumber daya mental dan membuat kita merasa mandek dan tidak dapat bergerak maju.

Selain itu, overthinkers mungkin lebih rentan terhadap keraguan diri, takut akan konsekuensi membuat pilihan yang salah atau menghindari kegagalan. Ketakutan ini dapat mengintensifkan kebutuhan akan kendali, yang mengarah ke siklus analisis berlebihan dan keengganan untuk mengambil risiko.

Ingin semuanya harus serba pasti menjadi penghalang untuk bertindak, karena para overthinkers mencari jaminan mutlak sebelum melanjutkan, yang padahal hidup ini lebih banyak ketidakpastian dan kemungkinan daripada yang pasti dan mutlak.


Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh overthinking dan memperkuat self control yang benar, ada beberapa tips. 

  • Latihan mindfulness, seperti meditasi atau latihan pernapasan dalam, dapat menumbuhkan kesadaran saat ini dan membantu kita sebagai overthinkers untuk mempelajari pikiran kita sendiri tanpa terjerat dalam isi kepala kita. Dengan melatih sikap tidak menghakimi dan berusaha mengambil alih atas arus berpikir kita, kita dapat menciptakan ruang untuk pengambilan keputusan dan tindakan yang lebih jelas.
  • Menetapkan tujuan dan prioritas yang jelas dapat memberikan kerangka kerja untuk mengarahkan upaya pengendalian pikiran.
  • Memecah tugas menjadi langkah-langkah yang dapat dikelola memungkinkan pemikir berlebihan untuk fokus pada satu tindakan pada satu waktu, mengurangi sifat proyek kompleks yang berlebihan.
  • Menetapkan tenggat waktu (deadline) dan meminta pertanggungjawaban diri sendiri dapat memberikan motivasi yang diperlukan untuk bergerak maju.
  • Membangun kepercayaan diri para overthinkers, bisa dimulai oleh diri sendiri lalu didukung oleh lingkungannya untuk mengatasi keraguan diri dan ketakutan akan kegagalan. 
  • Menyadari bahwa kesalahan adalah bagian alami dari pertumbuhan dan membingkai ulang kegagalan sebagai kesempatan belajar dapat mengurangi kecenderungan perfeksionis yang menghalangi tindakan. 
  • Mengelilingi diri sendiri dengan orang-orang yang suportif dan menyemangati yang mengembangkan mindset berkembang dapat memberikan umpan balik dan perspektif yang berharga, yang selanjutnya memperkuat pengendalian diri.

Singkatnya, self control memainkan peran penting dalam mengelola pikiran, emosi, dan perilaku untuk mengejar tujuan jangka panjang. Bagi overthinkers, self control bisa menjadi bumerang. Perlu ada batasan yang jelas mengenai self control yang sehat, yaitu dengan memahami apa itu self control. Tentu kita semua harus memiliki pengendalian diri atau self control yang baik, namun kita juga harus memahami bahwa ada hal yang harus & tidak harus dikendalikan, dan ada hal yang bisa & tidak bisa kita kendalikan.

Self control memang banyak manfaatnya, tetapi ada garis tipis antara berhati-hati dan stagnan. Overthinkers cenderung terlalu berhati-hati, yang seringkali akhirnya merugikan diri sendiri. Overthinkers begitu terjebak dalam menganalisis dan merencanakan sehingga akhirnya tidak pernah benar-benar mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mewujudkan ide-ide yang ada.

Mengambil langkah-langkah dalam bentuk tindakan adalah katalis untuk kemajuan. Bertindak, atau action, adalah kekuatan yang mendorong kita maju dan mengubah impian kita menjadi kenyataan. Untuk bertindak, diperlukan keberanian, tekad, dan kemauan untuk menghadapi ketidakpastian. Itu berarti mengambil risiko, membuat kesalahan, dan belajar darinya. Kita harus mampu menghadapi yang tidak diketahui dan memahami bahwa kegagalan bukanlah akhir melainkan batu loncatan menuju kesuksesan.

Terdengar mudah memang, dari pada habis waktu berpikir mending habis waktu untuk bertindak. Kalau gagal, setidaknya masih ada waktu untuk memperbaiki dan mencoba kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun