Mohon tunggu...
Putriwulan
Putriwulan Mohon Tunggu... -

Penulis, pelajar, dan bertempat tinggal di Bumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Termenung Dalam Diam

28 April 2019   14:32 Diperbarui: 3 Mei 2019   11:34 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ibu itu mengangguk. Ia duduk di sampingku. Kuteguk minuman itu habis. Aku benar-benar haus.

"Mau berangkat kerja?"

Aku menoleh kemudian tersenyum dan menggeleng kecil. "Enggak, Bu. Saya masih kuliah."

Aku melihat tetesan keringat mengucur deras di dahi Ibu itu di atas kulit yang mencokelat. Sebuah sapu lidi tergeletak di sampingnya.

"Ibu kerja jadi tukang sapu jalanan?" tanyaku sedikit heran.

Ibu itu tersenyum. "Iya."

"Suami Ibu ke mana?"

Ibu itu tersenyum lagi. Namun kali ini senyumnya membuatku merasa sedikit berbeda. "Suami saya sedang sakit di rumah. Jadi saya harus bisa merawatnya agar saya dan keluarga saya bisa bertahan hidup."

"Anak ibu?"

"Anak saya dua yang satu kelas tiga SD, yang satunya lagi masih kecil umur dua tahun."

Sejenak aku terdiam. Lebih karena aku tidak bisa lagi berkata apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun