Mohon tunggu...
Putriwulan
Putriwulan Mohon Tunggu... -

Penulis, pelajar, dan bertempat tinggal di Bumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Termenung Dalam Diam

28 April 2019   14:32 Diperbarui: 3 Mei 2019   11:34 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Loh loh, udah tidur tapi lampunya, kok, belum dimatiin."

Itu suara Ibuku ternyata. Aku menahan senyum. Aku lupa lagi. Aku masih tidak ingin membuka mata.

Kudengar suara langkah mendekati kasurku. Sebuah tangan mengusap dahiku dan sebuah kecupan mendarat di sana dengan lembut. Aku merasakan kelembutan itu begitu hangat.

"Yang nyenyak, ya, Ndok."

Kemudian kurasa lampu sudah padam disusul dengan suara pintu kamarku yang tertutup.

Aku membuka mata. Entah kenapa setetes air mata turun dari sana. Ibu mencium keningku setiap malam, tapi kurasa kecupan malam ini membuat tubuhku gemetar. Mungkin karena sebelumnya aku tidak berbincang dulu kepadanya menceritakan aktivitasku hari ini. Aku merasa sedih. Mungkin Ibu ingin aku berbicara kepadanya mengenai hari ini tapi aku malah masuk ke dalam kamar lebih dulu.

Ibuku penuh kasih sayang.

Oh, tidak. Semua sosok Ibu adalah seseorang yang penuh kasih sayang.

Mereka bisa menjadi apapun yang bisa diperankan oleh laki-laki. Perempuan adalah laki-laki yang pekerja keras. Perempuan adalah laki-laki yang tidak butuh bantuan orang lain. Perempuan adalah perempuan yang penuh kasih sayang dan cinta.

Perempuan adalah semua hal yang ada di dunia.

Putriwulan.

Kendal, 28 April 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun