Mohon tunggu...
Putri Wahyu
Putri Wahyu Mohon Tunggu... Mahasiswi

-

Selanjutnya

Tutup

Seni

Kesenian Bantengan, Hiburan Tradisional Bernuansa Magis

21 Agustus 2025   18:32 Diperbarui: 21 Agustus 2025   18:32 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atraksi Bantengan (Sumber: @bumi.retawu)

Kesenian Bantengan merupakan kesenian yang berasal dari Jawa Timur yakni Kota Mojokerto, Malang, dan Batu. Menggabungkan unsur sendratari, olah kanuragan, musik, syair/mantra yang magis, kesenian Bantengan menjadi hiburan tradisional yang populer di Jawa Timur. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak sejarah perkembangan Kesenian Bantengan berikut.

1. Sejarah Bantengan

Kesenian Bantengan (Sumber: @bumi.retawu)
Kesenian Bantengan (Sumber: @bumi.retawu)

Kesenian ini diyakini sudah ada sejak zaman kerajaan Singosari, yakni pada masa kekuasaan Ken Arok. Dimana kala itu sudah terdapat tradisi pencak silat yang didalamnya melibatkan kuda dan banteng. Bukti pendukung dari hal ini ditunjukkan dengan adanya relief di Candi Jago yang memperlihatkan pertarungan antara banteng dan harimau. Kesenian ini kemudian menjamur di tiga wilayah di Jawa Timur, yaitu Mojokerto, Malang, dan Batu.

Kesenian Bantengan tidak hanya sekedar hiburan dalam acara-acara pernikahan, khitanan, karnaval, dan festival, tetapi juga merupakan kesenian yang memiliki tujuan sakral, seperti sebagai tolak bala, menghormati leluhur hingga untuk melestarikan warisan budaya agar tidak punah. 

Dalam tariannya, kesenian bantengan memperagakan hewan banteng yang terdapat dua orang menjadi kaki depan dan kaki belakang. Kesenian Bantengan juga menggambarkan perlawanan terhadap keburukan dan murka yang diperankan oleh binatang, seperti banteng, macam, dan kera. 

Bahkan, sudah terdapat ratusan grup kesenian bantengan yang tersebar di Malang dan Batu. Tak hanya itu, mengutip dari wartapost, Bantengan juga sudah ditetapkan sebagai warisan tak benda oleh Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan kebudayaan)  dengan nomer 7744/E.E6/KB/2019, sejak tanggal 5 Agustus 2019.

2. Istimewanya Bantengan

Atraksi Bantengan (Sumber: @bumi.retawu)
Atraksi Bantengan (Sumber: @bumi.retawu)

Setiap wilayah maupun grup bantengan pasti memiliki ciri khasnya sendiri. Banyak hal yang membedakan, misalnya ada yang memakai kurungan ayam sebagai badan dan ada yang hanya menggunakan kain saja. Selain itu, postur atau ukiran pada kepala banteng biasanya juga memiliki perbedaan yang khas, seperti ada yang memakai dengan bentuk postur mesem (tersenyum) dan ada yang memakai seperti ekspresi penuh amarah. Ciri khas lain yang paling menonjol adalah dari segi tanduk, ada yang membuat tanduk menjulang dan ada yang sedikit melengkung. 

Penampilan bantengan tentu tak lengkap jika tidak diiringi oleh musik. Musik yang digunakan dalam pertunjukkan bantengan memiliki keistimewaan yaitu masih menggunakan alat musik tradisional seperti gamelan, gendeng, dan gong. Dalam perfomnya, bantengan tak hanya bermain seperti memperagakan hewan banteng tetapi juga ada rangkaian acara lainnya. Menurut Wafa terdapat 3 rangkaian yaitu pencak silat, debus, dan bantengan.

"Biasanya acara dimulai dengan pencak silat kembangan, dilanjut debus-debus dan atraksi, lalu diakhiri dengan bantengan," ujarnya.

Pencak silat kembangan khas Malang biasanya diiringi dengan tembangan lagu tradisonal Jawa, campur sari maupun sejenisnya. Selanjutnya, acara dilanjut dengan debus, yang berarti "senjata tajam" dalam bahasa Arab. Debus merupakan sebuah pertunjukkan ekstem yang menampilkan atraksi kekebalan tubuh. Contohnya, menusukkan jarum besar ke badan hingga lidah, badan dipukul dengan tanaman berduri, atraksi semburan api, dll. 

Setelah debus selesai, penampilan memasuki acara puncak yaitu bantengan. Dimana para pemain memperagakan layaknya hewan banteng yang sedang marah. Dalam pertunjukkan ini biasanya pemain akan mengalami kerasukan arwah leluhur, acara ini menjadi momen paling menegangkan karena biasanya para pemegang kepala banteng akan mengamuk. Tak jarang, biasanya para pemain yang mengalami kesurupan akan memakan sesajen seperti bunga, kemenyan, pisang, dll.

Kesenian bantengan memang sudah menjadi warisan budaya yang sudah melekat di kalangan masyarakat, terutama di Jawa Timur. Untuk itu sebagai muda-mudi wajib melestarikannya, apa lagi kesenian ini dapat diikuti oleh berbagai kalangan, anak-anak hingga orang dewasa, laki-laki hingga perempuan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun