Mohon tunggu...
putri oktaria
putri oktaria Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Andalas

Saya adalah mahasiswa departemen ekonomi UNAND yang memiliki minat dibidang kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketimpangan Gender di Indonesia: Tantangan sosial-Ekonomi dan Peluang Gender Dividend Pembangunan Inklusif

16 September 2025   09:00 Diperbarui: 16 September 2025   08:36 1
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di Indonesia, ketimpangan gender merupakan masalah sosial dan ekonomi yang perlu menjadi perhatian khusus bagi kita semua.  Meskipun pemerintah telah berupaya meningkatkan akses pendidikan bagi seluruh masyarakat, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan, meskipun tidak terlalu besar, antara tingkat partisipasi pendidikan laki-laki dan perempuan. Namun, kesenjangan yang lebih mencolok terlihat dalam partisipasi angkatan kerja, di mana laki-laki lebih dominan di sektor formal, sementara perempuan banyak bekerja di sektor informal. Bahkan dalam posisi dan sektor yang sama, terdapat perbedaan upah yang masih menguntungkan laki-laki. 

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi partisipasi perempuan dalam pendidikan dan pasar kerja adalah pernikahan dini, khususnya pada rentang usia 20-24 tahun. Perempuan yang menikah di usia tersebut cenderung mengalami penurunan keterlibatan dalam pendidikan tinggi maupun partisipasi angkatan kerja. Kondisi ini diperparah oleh adanya tanggung jawab domestik dan perawatan anak yang tidak dibayar, yang menjadi hambatan signifikan bagi perempuan untuk berkarir dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. Akibatnya, ketimpangan gender dalam akses dan kesempatan menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius. 

Konsep gender dividend muncul sebagai solusi yang berorientasi pada pemberdayaan perempuan melalui investasi dalam pendidikan, kesehatan, dan pemberian kesempatan yang setara. Gender dividend adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat diperoleh ketika suatu negara mengalokasikan dana dan sumber daya secara efektif untuk mengembangkan potensi perempuan. Keberhasilan gender dividend dapat diukur lewat peningkatan kontribusi perempuan terhadap Produk Domestik Bruto (GDP), kenaikan support ratio, perbaikan kualitas sumber daya manusia, dan peningkatan pendapatan individu perempuan. 

Dalam menghitung gender dividend, salah satu pendekatan yang penting adalah memasukkan kontribusi unpaid service, seperti pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak yang dilakukan oleh perempuan, ke dalam produksi agregat ekonomi. Dengan demikian, kontribusi ekonomi perempuan yang selama ini sering tidak terlihat dapat tercermin secara nyata. Analisis ini juga dapat dilengkapi dengan pelacakan support ratio, yang membantu melihat peran perempuan dalam menyiapkan generasi masa depan serta dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan. 

Ketidaksetaraan gender yang terus terjadi menyebabkan ketimpangan dalam akses pendidikan, kesehatan, dan kesempatan kerja bagi perempuan, sehingga mempersempit kesempatan mereka untuk berkarya dan berkontribusi secara optimal dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan perhatian khusus untuk menghilangkan hambatan-hambatan tersebut. Dengan menciptakan kesempatan yang setara antara laki-laki dan perempuan, gender dividend tidak hanya menjadi potensi ekonomi, tetapi juga menjadi kekuatan transformasi sosial yang dapat membawa perubahan positif dalam kualitas hidup masyarakat luas. 

Pandangan ekonom internasional Diane Elson menegaskan pentingnya pengakuan terhadap unpaid care work yang selama ini kurang dihargai. Unpaid care work memiliki dampak besar terhadap kualitas hidup keluarga dan masyarakat. Untuk mengatasi beban ini, Elson mengusulkan kerangka kerja baru yang dikenal dengan prinsip Recognize, Reduce, dan Redistribute. Prinsip ini bertujuan untuk mengakui kontribusi perempuan dalam pekerjaan domestik, mengurangi beban yang mereka tanggung melalui inovasi sosial dan teknologi, serta mendistribusikan tanggung jawab tersebut secara lebih adil dalam keluarga dan masyarakat. Melalui pendekatan ini, diharapkan perempuan dapat lebih mudah mengakses kesempatan kerja formal dan melakukan peran produktif lainnya di luar rumah. 

Ketimpangan gender tanpa solusi nyata tidak hanya menjadi masalah sosial, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi bangsa. Dengan menjaga kesinambungan pemberdayaan perempuan dan memperhitungkan segala kontribusi mereka secara menyeluruh, Indonesia dapat mengoptimalkan potensi gender dividend yang akan memperkuat pembangunan nasional secara inklusif dan berkelanjutan. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat harus bersinergi untuk mewujudkan kondisi di mana perempuan dapat menikmati hak dan peluang yang setara, demi masa depan yang lebih adil dan sejahtera.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun