Mohon tunggu...
Putri Ayu Nurmalitasari
Putri Ayu Nurmalitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa PGMI UIN Sunan Kalijaga

Putri Ayu Nurmalitasari 22104080055 PGMI UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal lebih dekat Warisan Budaya Nyadran

3 April 2025   21:40 Diperbarui: 3 April 2025   21:43 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nyadran merupakan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun dan memiliki makna mendalam dalam kehidupan masyarakat. Ritual ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan terhadap leluhur, tetapi juga memperkuat hubungan sosial. Dalam pelaksanaannya, masyarakat yang mengikuti Nyadran berinteraksi satu sama lain, mempererat ikatan keluarga, serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan solidaritas.

Nyadran umumnya dilakukan menjelang bulan Ramadan. Masyarakat berbondong-bondong mendatangi makam keluarga dengan membawa berbagai sesaji dan makanan. Tradisi ini tak sekadar membersihkan makam, tetapi juga diiringi doa bersama untuk arwah leluhur serta pembagian makanan kepada sanak saudara dan tetangga.

Selain sebagai bentuk penghormatan kepada para pendahulu, Nyadran juga berfungsi sebagai sarana edukatif bagi generasi muda. Melalui tradisi ini, mereka diajarkan pentingnya menjaga hubungan kekeluargaan, menghargai sejarah, dan memahami nilai-nilai kehidupan yang diwariskan oleh para leluhur. Nilai-nilai tersebut menjadi dasar dalam kehidupan bermasyarakat agar tetap harmonis dan penuh toleransi.

Menurut Budayawan Jawa, Ki Suryo Wicaksono, Nyadran bukan sekadar ritual ziarah biasa. "Nyadran adalah ekspresi budaya yang mengajarkan nilai-nilai luhur, seperti gotong royong, rasa syukur, dan penghormatan terhadap sejarah keluarga," ujarnya.

Di beberapa daerah, Nyadran juga dirayakan dengan prosesi kirab budaya, di mana warga mengenakan pakaian adat dan membawa gunungan berisi hasil bumi untuk didoakan bersama. Gunungan ini kemudian dibagikan kepada masyarakat sebagai simbol keberkahan dan kebersamaan. 

Berikut adalah langkah-langkah yang biasanya dilakukan dalam Nyadran:

1. Menyiapkan Sesaji dan Perlengkapan

Sebelum acara berlangsung, masyarakat menyiapkan berbagai sesaji seperti nasi tumpeng, makanan khas tradisional, serta bunga untuk tabur. Selain itu, mereka juga membawa alat kebersihan seperti sapu dan cangkul guna membersihkan makam keluarga.

2. Ziarah dan Pembersihan Makam

Langkah berikutnya adalah berziarah ke makam leluhur. Warga bersama-sama membersihkan area makam, menyingkirkan rumput liar, serta memperbaiki batu nisan yang sudah rusak agar tetap terawat.

3. Pembacaan Doa dan Tahlil

Setelah makam dalam kondisi bersih, masyarakat mengadakan doa bersama dan tahlil yang dipimpin oleh tokoh agama atau sesepuh desa. Tujuan dari kegiatan ini adalah mendoakan arwah para leluhur agar mendapatkan tempat yang layak di sisi Tuhan.

4. Berbagi Makanan dan Kenduri

Sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan, makanan yang telah dipersiapkan dibagikan kepada keluarga dan tetangga. Di beberapa daerah, tradisi ini dilanjutkan dengan kenduri atau makan bersama sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang telah diterima.

5. Prosesi Kirab Budaya (Jika Ada)

Di beberapa wilayah, Nyadran juga dirayakan dengan kirab budaya, di mana masyarakat membawa gunungan hasil bumi untuk didoakan bersama. Setelahnya, hasil bumi tersebut dibagikan kepada warga sebagai lambang keberkahan dan kesejahteraan.

Kendati zaman terus berkembang, tradisi Nyadran masih tetap bertahan. Banyak generasi muda yang mulai tertarik untuk ikut serta dalam ritual ini. Pemerintah daerah juga mendukung dengan memasukkan Nyadran sebagai bagian dari kalender budaya tahunan.

Seiring dengan perkembangan zaman, pelaksanaan Nyadran mengalami berbagai penyesuaian. Jika dahulu tradisi ini lebih sering dilakukan secara sederhana di lingkungan pedesaan, kini banyak komunitas budaya dan pemerintah daerah yang mengemasnya dalam bentuk festival agar lebih menarik bagi generasi muda.

Dengan semangat kebersamaan dan nilai luhur yang terkandung di dalamnya, Nyadran bukan sekadar tradisi, tetapi juga cerminan harmoni antara manusia, leluhur, dan alam. Keberadaannya menjadi pengingat bahwa menghormati asal-usul dan mempererat hubungan sosial adalah bagian penting dari identitas budaya yang harus terus dilestarikan.

Dengan terus dilestarikannya Nyadran, diharapkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi ini tetap terjaga. Lebih dari sekadar ritual, Nyadran menjadi simbol keterhubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan dalam kehidupan budaya masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun