Mohon tunggu...
P.N. Estu
P.N. Estu Mohon Tunggu... Penulis

Menulis menjadi cara merefleksikan hasil baca. Dengan menulis aku belajar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Trilogi Kontemplasi Puisi

3 Oktober 2025   20:44 Diperbarui: 3 Oktober 2025   20:44 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://sora.chatgpt.com/g/gen_01k6j51xnhfphv9hwevcx4hrh6

(Puisi-2025)

Setiap bulan menyimpan cerita: ada yang telah terpahat, ada yang menunggu untuk di buka. Ada yang sedang menjadi jeda: teduh mengepul doa.

Tiga puisi ini adalah catatan rasa -- tentang bagaimana tubuh, jiwa, dan harapan tetap berjalan beriringan di bawah langit yang selalu berganti wajah dan aroma.

1. Bulan Berat Kupahat

september datang, kata penyanyi penuh ceria

namun, di mataku ia masih menyimpan jejak

hujan yang belum reda

langit membawa ingatan pada tubuh yang sempat rapuh,

di hari-hari panjang ketika rumah menjadi tempat sakit berlabuh

waktu bergulir,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun