Mohon tunggu...
Putra Dewangga
Putra Dewangga Mohon Tunggu... Content Writer di SURYA.co.id

Hanya seorang penulis di media online

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ekosistem Belajar 3.0: Rumah, Sekolah, dan Dunia Digital dalam Satu Ruang

17 September 2025   04:09 Diperbarui: 17 September 2025   04:09 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ekosistem Belajar 3.0 (Sumber: Gemini AI)

Di pagi hari, guru membuka kelas dengan penuh semangat, mencoba menyampaikan materi sebaik mungkin. Di rumah, orang tua sibuk dengan pekerjaan dan urusan sehari-hari. Sementara murid? Mereka lebih akrab dengan layar gadget daripada buku pelajaran.

Kenyataan ini menimbulkan pertanyaan penting: bagaimana menciptakan Pendidikan Bermutu yang menyatukan sekolah, rumah, dan dunia digital? Bagaimana murid bisa benar-benar siap hadapi tantangan abad 21 jika pengalaman belajar mereka terfragmentasi?

Di sinilah konsep Ekosistem Belajar 3.0 muncul: sebuah pendekatan yang tidak melihat rumah, sekolah, atau gadget sebagai ruang terpisah, tetapi sebagai bagian dari satu ekosistem yang saling melengkapi.

Mengapa Sinergi Penting?

Pendidikan Bermutu tidak bisa hanya lahir dari sekolah. Rumah dan komunitas di sekitar murid memegang peran yang sama pentingnya. Tanpa keterlibatan orang tua dan lingkungan, pembelajaran akan berhenti di batas tembok kelas dan papan tulis, sementara dunia di luar terus bergerak cepat.

Tantangan abad 21 menuntut lebih dari sekadar kemampuan akademik. Murid harus dibekali literasi digital agar bisa cerdas menggunakan teknologi, literasi sosial agar mampu bekerja sama dan memahami orang lain, serta pengembangan karakter agar memiliki integritas dan ketahanan menghadapi perubahan.

Sinergi antara guru, orang tua, dan komunitas bukan sekadar formalitas. Ia menjadi pondasi agar murid belajar secara utuh, menggabungkan ilmu, nilai, dan pengalaman. Dengan begitu, mereka benar-benar siap hadapi tantangan abad 21 dan mampu menavigasi kompleksitas dunia modern dengan percaya diri.

Meski gagasan sinergi antara rumah, sekolah, dan komunitas terdengar ideal, kenyataannya masih banyak kendala yang nyata di lapangan. Guru sering mengeluh bahwa orang tua kurang terlibat dalam proses belajar anak. Banyak orang tua yang tidak sempat mengikuti perkembangan akademik anak karena kesibukan pekerjaan atau keterbatasan waktu. Akibatnya, guru merasa tugasnya semakin berat, sementara murid sering kehilangan arah ketika belajar di rumah.

Di sisi lain, orang tua sendiri tidak selalu paham dengan kurikulum yang terus berubah. Materi baru, metode pembelajaran modern, dan istilah-istilah teknologi terkadang membuat mereka bingung. Alih-alih menjadi mitra dalam pendidikan, orang tua justru merasa terpinggirkan. Mereka ingin membantu, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana. Hal ini menciptakan kesenjangan yang memengaruhi kualitas belajar anak.

Sementara itu, murid berada di posisi yang paling rentan. Di rumah, mereka lebih sering berinteraksi dengan gadget daripada buku pelajaran atau guru. Dunia digital menawarkan hiburan tanpa batas, tetapi tidak selalu memberikan bimbingan atau arah. Anak-anak bisa cepat menguasai aplikasi, game, atau media sosial, tetapi sulit mengaplikasikan ilmu yang diajarkan di sekolah. Tanpa panduan yang jelas, teknologi justru menjadi pengalih perhatian daripada alat pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun