Ada lagi alasan yang digunakan Mas Menteri sebagai rasionalisasi akan rencana diterapkannya perkuliahan dari secara permanen di kalangan mahasiswa adalah agar mahasiswa terjun langsung ke masyarakat dan berpikiran secara mandiri.Â
Agar label "agen perubahan" yang disandang oleh mahasiswa benar-benar terealisasikan. Nah, sayangnya tidak semua mahasiswa di Indonesia sejenius yang ada di pikiran Mas Menteri.Â
Eh, mohon maaf bukan bermaksud mendiskreditkan mahasiswa Indonesia, namun dari yang aku ketahui dan aku lihat sendiri di lingkungan pertemananku, sedikit sekali mahasiswa yang dengan adanya pandemi benar-benar ikut andil di masyarakat.
Selain aku adalah salah satu mahasiswa yang berharap perkuliahan dilakukan secara luring saja, tapi  tidak kemudian aku membenarkan pola pikir dari teman-temanku seperti contoh yang aku sebutkan diatas sebelumnya.Â
Aku tahu, kalau kamu yang membaca tulisanku adalah mahasiswa, setelah membaca di awal kamu akan sepakat denganku. Tapi aku sendiri tidak sepenuhnya sepemikiran dengan kamu yang menyerah duluan sebelum 'perang' dengan ego diri sendiri saat pandemi seperti ini.Â
Kamu yang dulunya semangat sekali berkuliah dan belajar, dan hanya karena perkuliahan dirumahkan, semangat belajar kamu yang ada sebelumnya tadi menjadi hilang sepenuhnya. Aku ingin memberikan pandangan lain kepada kamu mengenai hal ini.
Jadi teman-temanku, kalau kamu memiliki rencana yang matang seumur hidup, atau kamu sejenius Steve Jobs, Mark Zuckerberg, atau kamu adalah anak sultan yang hartanya tidak akan habis selama tujuh turunan, iya silahkan saja untuk tidak kuliah atau berhenti kuliah sekarang dan menikahlah saja.Â
Masalahnya, belum tentu setiap orang siap dengan rencana hidup dengan resikonya itu, dan hanya segelintir orang benar-benar bisa dianggap jenius, atau kemungkinan lebih kecilnya lagi, kamu adalah anak sultan.Â
Meninggalkan kuliah untuk menikah di umur yang masih belum matang menurutku merupakan sebuah bentuk solusi yang menimbulkan masalah ke belakangnya.
Sebab, bukan berarti setelah menikah kehidupan akan menjadi selalu menyenangkan, tapi justru akan menjadi lebih rumit bila kamu minim keterampilan dan pengetahuan.Â
Barangkali mentalmu akan membaik sementara dan akan semakin memburuk ketika di hadapkan dengan berbagai permasalahan dalam pernikahan serta kehidupan.