Mohon tunggu...
Intan Puri Hapsari
Intan Puri Hapsari Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penikmat alam semesta. Pengamat fenomena dunia. Pecinta seni manusia berevolusi dan berinteraksi Penulis jadi jadian yang ingin terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Laicite" Perancis, Fanatisme adalah Candu!

31 Oktober 2020   19:56 Diperbarui: 1 November 2020   07:54 2613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga berkumpul di sekitar bunga dan lilin yang dipajang di pintu masuk sekolah menengah di Conflans-Sainte-Honorine, Perancis, setelah seorang guru dipenggal oleh seorang penyerang yang telah ditembak mati oleh polisi, Sabtu (17/10/2020). Seorang guru sekolah menengah Paris dibunuh dan dipenggal setelah dilaporkan menunjukkan dan membahas karikatur Nabi Muhammad di kelasnya.(AFP/BERTRAND GUAY via kompas.com)

Sejak tahun 1791 tidak ada lagi pelanggaran hukum atas nama blasphemy. Deklarasi HAM tahun 1789 dan hukum kebebasan Pers 1881 menjamin kebebasan berekspresi, berpikir yang dianut oleh bangsa Perancis.

Pencemaran nama baik, penghinaan, atau hasutan untuk diskriminasi kebencian atau kekerasan, mencegah atau menyerang kelompok atau individual menjalankan kepercayaannya merupakan batasan kebebasan berekspresi ala Perancis.

Pelanggaran terhadap nilai-nilai itulah yang akan menuai sangsi hukum. Kritikan terhadap ideologi dan doktrin termasuk agama  sama sekali tidak menyalahi kebebasan berekspresi secara hukum.

Majalah satir Charlie Hebdo sudah pernah mengalami aksi barbar para ekstremis pada tahun 2015 yang mengatasnamakan blasphemy. Pada zaman modern ini Perancis seperti diharuskan untuk mengerti definisi blasphemy dan batasan kebebasan berpikir dari sudut pandang sekelompok ekstremis.

Sampai di sini, siapa yang harus mengerti dan dimengerti? Bagaimana bisa kebebasan pers yang dilindungin secara hukum bisa menuai malapetaka? Pemikiran untuk bisa menertawakan segala hal dengan humor menjadi bumerang bagi pemilik ideologi itu sendiri.

Menurut saya, batasan etika dan moral menjadi subjektif tergantung kepada kepekaan masing-masing individu. Hasil seni yang satir ini sebenarnya menyimpan sebuah pesan kalau pembaca siap menanggalkan identitasnya.

Tersurat pesan kepada pembaca untuk tidak terlalu ekstrem atau fanatis akan sebuah ideologi atau doktrin. Charlie Hebdo beranggapan kalau semua masalah bisa dibicarakan dengan humor dengan menanggalkan identitas, budaya, kepentingan masing-masing individu maka dunia akan berjalan damai. Sesungguhnya itulah kebenaran yang ingin sampaikan melalui karikatur mereka.

Sayangnya kebenaran yang dianut Charlie Hebdo tidak dapat dimengerti oleh sebagian kelompok individu. Akan tetapi apakah wajar ketidakselarasan akan kebenaran itu harus berujung kepada kekerasan dan pemusnahan?

Ya itu mungkin yang dipikirkan oleh para penganut aliran radikal. Jebakan terbesar yang saya khawatirkan setelah rentetat teroris ini adalah lahirnya kesalahpahaman. Jikalau manusia hanya akan mencari kambing hitam saja dari sebuah permasalahan, malah bukan menguraikan akar permasalahannya.

Kalau diri ini tidak bijak menyingkapi efek domino atas aksi teroris, mungkin suatu hari kita bisa juga terjebak ke dalam pemikiran radikal dan ektrimis. Imbas besar dari aksi teroris di benua Eropa telah mempercepat kemunculan partai politik ekstrem kanan bergaya di ranah politik.

Seperti yang kita ketahui partai ini sangat mendiskreditkan ras dan agama. Pemikiran radikal ini yang justru dapat memecah belah masyarakat modern sehingga menyebabkan kemunculan krisis identitas. Rasisme sebagai agenda utama politisi partai ekstrem kanan seyogianya lebih mengerikan daripada sekedar karikatur majalah satir itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun