Mohon tunggu...
IDM JAMBI
IDM JAMBI Mohon Tunggu... -

Ikatan Diaspora Muda Jambi atau IDM Jambi adalah organisasi kepemudaan yang mewadahi pemuda asal Propinsi Jambi yang sedang dan telah berkarya di luar negeri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penari Terakhir

7 Maret 2019   19:55 Diperbarui: 7 Maret 2019   20:11 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

''Rika, rika, rika'' santai sedikit, tarik nafasmu. Suara nana berbisik dekat denganku. Mereka sudah disini. Lalu kami meniti mangkuk kecil yang ditegakkan dan diletakkan telur diatasnya, disusun seperti jembatan satu kaki. Penari-penari tampak anggun dan ringan sekali bahkan telur tidak pecah menopang tubuhnya, penonton terpukau. Gendangg ditabuh semakin kencang.

''Oh tidak ! Rika, nana. . '' mataku menatap tajam pada mereka, namun tak dihiraukan mereka sudah tenggelam dalam tarian. Aku panik ! lututku lemas rasanya. Rwanda hilang.

Setelah agak senyap, gendang memeln dan penari -- pnari menyelasaikan rute titiannya. Aku memburu nana dan rika untuk membantu mencari Rwanda, kami harus tampak setenang mungkin. Sebelum orang lain dan ibuku menyadari kehadiran kami, aku harus berterimakasih pada kemampuan merias nana. Kami berpencar, tidak ada tanda-tanda Rwanda dimana sama sekali. Aku merasa sangat menyesal.

'' Kau yakin, Rwanda masih bersamamu di bara''-tanya rika

''ya tentu saja, aku tidak mungkin kuat menuang baranya sendiri, dan Rwanda masih disana. ''

''tapi saat kami baru bergabung di bilahan pedang dan bahkan sama sekali tidak melihat Rwanda. Mustahil, bagaimanna mungkin dia bisa keluar dai gerombolan penari-penari disitu pasti tetua akan segera menyadarinya. '' Ujar Rika


''Aku sudah mengeck ke toilet dan ruang ganti, nihil'' lapor nana

Tentu saja kami tidak bisa bertanya pada orang -- orang , kepalaku sakit, aku merasa bersalah sekali. Sepupu tercintaku, kembaranku, maafkan aku.

Tiba-tiba angin sepoi membelai lembut, menghamburkan aroma dupa di udara. Suasana mendadak hening.

'' Bulaaaank abang !'' Seorang sesepuh berteriak yang artinya Bulan Merah. Ini tidak biasa, bulan bulat penuh tidak memancarkan sinar terang tapi berubah jernih, lembut, sendu dan memerah

'' Tidak !'' Aku menutup mulutku dengan tangan saat sosokk seorang gadis yang sangat familiar entah keluar darimana berjalan sendiri, menyeret jubah hitamnya, menari gemulai, perlahan mendekati bara. Semua orang diam,dan terpukau, terperangah, terkejut, aku tidak dapat menangkap pasti ekspresi mereka. Mereka sangat senang berbumbu cemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun