Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Membedakan Serangan Jantung dengan Serangan Panik

6 Mei 2020   09:37 Diperbarui: 31 Maret 2022   14:28 3849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (freepik.com/shayne_ch13)

Sedangkan pada serangan jantung terjadi penyumbatan pada satu atau lebih pembuluh darah ke jantung, yang menyebabkan gangguan aliran darah vital.

Meskipun serangan panik tidak akan menyebabkan serangan jantung, tekanan/stres dan kecemasan mungkin memainkan peran dalam pengembangan penyakit arteri koroner.

Serangan panik dapat terjadi sebagai peristiwa yang menyebabkan seseorang terisolasi atau sebagai bagian dari gangguan kecemasan yang dimilikinya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang dengan gangguan kecemasan mungkin memiliki peningkatan risiko terkena penyakit jantung karena variabilitas detak jantung yang rendah (low heart rate variability) .

Heart Rate Variability (HRV) adalah waktu antara setiap detak jantung. Sistem saraf otonom mengendalikan detak jantung. Denyut jantung dimaksudkan untuk bervariasi sepanjang hari, tergantung pada aktivitas dan emosi seseorang.

HRV tinggi menunjukkan bahwa detak jantung seseorang bergeser secara efisien sepanjang hari, berdasarkan apa yang mereka lakukan. Ini juga merupakan tanda bahwa sistem saraf otonom mereka bekerja dengan baik.

HRV yang rendah berarti jantung seseorang tidak berganti proses sistem saraf otonom seefisien mungkin. Beberapa penelitian mengaitkan HRV rendah dengan peningkatan risiko penyakit jantung.

Dalam analisis para peneliti tentang studi yang melihat HRV pada orang yang didiagnosis dengan berbagai jenis gangguan kecemasan, termasuk gangguan panik, hasilnya menunjukkan para peserta memiliki HRV yang lebih rendah daripada mereka yang tidak memiliki gangguan kecemasan. Inilah yang membuat ada penelitian yang mengatakan kecemasan yang kronis/lama dapat meningkatkan risiko sakit jantung coroner.

Sangat penting untuk memahami bahwa memiliki serangan panik atau gangguan panik tidak berarti seseorang akan mengalami serangan jantung. Penelitian tambahan diperlukan untuk mengatakan jika memiliki gangguan panik meningkatkan risiko pengembangan penyakit jantung, secara definitive/pasti.

Karena gejala serangan panik dan serangan jantung serupa, sebaiknya mencari perhatian medis segera jika ragu.

Sangat penting untuk mencari perawatan medis darurat jika salah satu dari gejala berikut berkembang:

  • tiba-tiba nyeri dada yang parah
  • tekanan di dada, berlangsung lebih dari 2 atau 3 menit
  • nyeri dada, menjalar ke lengan atau ke rahang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun