Mohon tunggu...
Prycilia Grace Nicole Suoth
Prycilia Grace Nicole Suoth Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Massa dan Digital

Penulis pemula yang mencoba peruntungannya di dunia digital. Kritik dan saran akan sangat berarti bagi saya. Selamat membaca! | e-mail: pgracens@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bahaya Menoleransi Berita False Context bagi Masyarakat Informasi

26 Oktober 2020   10:50 Diperbarui: 26 Oktober 2020   11:02 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan berlimpah informasi yang Anda jalani ketika membaca artikel ini merupakan hasil dari kemunculan internet. Manusia dituntut untuk bisa memilah informasi, satu hal yang belum sepenuhnya dipahami oleh banyak orang. Itulah mengapa istilah "hoaks" menjadi lumrah kita temui setiap harinya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hoaks didefinisikan sebagai nomina yang berarti suatu berita bohong. Adapun tujuh klasifikasi hoaks menurut First Draf yang dimuat dalam buku bertajuk Jurnalisme, "berita palsu'', & disinformasi" yang disusun oleh Unesco (2018):

  • Satir/Parodi, yaitu konten yang tidak berniat jahat namun mengecohkan
  • False Connection, yaitu konten yang berbeda anatara judul dengan isinya
  • False Context, yaitu konten dengan konteks yang salah
  • Misleading Content, yaitu konten yang sengaja diatur untuk menjelekkan
  • Imposter Content, yaitu konten yang memuat nama tokoh public tertentu
  • Manipulated Content, yaitu konten yang diubah untuk mengecoh
  • Fabricated Content, yaitu konten yang murni merupakan kebohongan

Pada artikel ini, saya akan mengerucutkan fokus pada kategori false context yang akan menggunakan analisis kasus hoaks persenjataan militer China di Natuna.

Konteks Jurnalisme Multimedia

Pembahasan analisis kasus pada artikel ini akan menggunakan sudut pandang atau konteks dari jurnalisme multimedia. Karena itu, penting bagi Anda untuk terlebih dahulu memahami konsep dari jurnalisme multimedia.

Jurnalisme multimedia belum memiliki definisi yang pasti. Menurut Mindy McAdams (2014), hal itu membuat jurnalisme multimedia seringkali dipahami dari kata 'multimedia'. Multimedia berarti kombinasi minimal tiga jenis media dari bentuk media yang ada (teks, foto, video, audio, grafik, interaktivitas).

Multimedia dapat ditemukan di internet, umumnya pada situs web, dengan format non-linear. Kelebihan dari multimedia adalah dapat menyajikan berita dengan kemasan menarik dan informatif.

Definisi lain berasal dari Deuze (2013) yang menjelaskan bahwa jurnalisme multimedia adalah paket berita berisi intergrated media (website, e-mail, televisi, koran) yang berarti bahwa semua media akan terintegrasi dalam pembuatan berita.

Karakter Media Baru

Sebelum memasuki pembahasan mengenai kasus hoaks false context, saya ingin memberikan sedikit latar belakang bagi Anda mengenai media baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun