Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola Bukan Mi Instan atau Rujak

16 Oktober 2025   10:30 Diperbarui: 16 Oktober 2025   14:45 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
habis tinggal penyesalan - kompasiana

Sepak bola tidak bisa dibangun dari ego, apalagi emosi. Ia hanya tumbuh dari disiplin, kesabaran, dan keberlanjutan.

Mengubah Cara Pandang: Dari Penonton Jadi Pelaku

Kalau Indonesia benar-benar ingin lolos ke Piala Dunia, kita harus berhenti jadi bangsa penonton.
Kita tidak bisa hanya memuja dari layar televisi sambil mengkritik di media sosial. Kita harus terlibat --- bukan dengan komentar, tapi dengan tindakan nyata.

Orang tua bisa mulai dari rumah: biarkan anak bermain bola di luar. Jangan larang karena takut kotor. Sekolah bisa membuka ruang olahraga lebih luas. Pemerintah daerah bisa memfasilitasi lapangan yang layak, bukan hanya proyek taman beton.

Federasi harus berani membangun sistem pembinaan jangka panjang, bukan program musiman yang habis di tahun anggaran. Klub harus serius menjalankan akademi, bukan cuma mengandalkan pemain impor atau naturalisasi.

Dan media, seharusnya tidak hanya memberitakan skor, tapi juga menyoroti proses pembinaan. Karena publik hanya akan belajar menghargai proses kalau proses itu terlihat.

Jika Indonesia Lolos Piala Dunia 2026

Kalau Indonesia benar-benar lolos ke Piala Dunia 2026, aku tidak akan euforia berlebihan. Aku hanya akan berdiri diam, mungkin meneteskan air mata, sambil berkata dalam hati:
Akhirnya, kita mulai menanam dengan benar.

Aku tidak akan menyebutnya keajaiban, karena lolos ke Piala Dunia bukan soal nasib baik, tapi soal kerja keras kolektif. Itu artinya kita sudah berani berubah --- meninggalkan pola pikir rujak dan mi instan, dan mulai berpikir seperti petani yang sabar menunggu padi menguning.

Mungkin itu juga akan menjadi titik balik bangsa ini: bahwa kita bisa menjadi besar bukan karena keberuntungan, tapi karena konsistensi dan disiplin.

Dan ketika bendera merah putih berkibar di panggung dunia, aku ingin semua orang sadar bahwa di balik itu ada ribuan pelatih kecil, akademi di pelosok, anak-anak kampung yang latihan dengan bola plastik, dan para orang tua yang setia mengantar anaknya ke lapangan tiap sore.
Mereka inilah akar sepak bola Indonesia yang sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun