Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Aku Mengalami Sakit Gigi Berkepanjangan Hampir 16 Tahun

16 Oktober 2025   09:00 Diperbarui: 16 Oktober 2025   19:12 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sakit gigi - kreasi AI

Setelah itu, hidupku berjalan seperti biasa. Aku tetap bekerja, tetap makan, tetap tertawa. Tapi di balik itu ada denyut kecil yang terus berdetak di rahang.

Rasa nyeri itu seperti musik latar yang tak bisa dimatikan. Tidak keras, tapi konsisten. Kadang muncul saat mengunyah makanan keras, kadang ketika sedang stres. Tubuhku sudah seperti punya sistem alarm internal yang tahu kapan sakit itu datang.

Lucunya, aku jadi terbiasa menyesuaikan gaya makan. Aku lebih sering mengunyah di sisi depan atau sebelah kiri saja. Sisi kanan nyaris tidak kugunakan. Bahkan aku jarang membuka mulut lebar karena terasa nyeri di pangkal rahang.

Banyak orang berpikir sakit gigi itu sederhana. Tinggal ke dokter, tambal, selesai. Tapi bagiku, ia berubah jadi bagian dari ritme hidup. Rasa sakit itu seperti suara jam dinding yang berdetak di malam sepi — pelan, tapi selalu ada. Hingga aku tidak sadar bahwa tubuhku sebenarnya terus menanggung beban.

Titik Balik: Ketika Dua Gigi Depan Pecah

Suatu pagi, aku menggigit daging agak keras di sisi kiri. Tiba-tiba terdengar bunyi kecil — krak!
Rasa nyeri menjalar cepat, tajam, dan menusuk. Ternyata gigi geraham di depan gigi bungsu miring itu pecah. Sebagian lapisan luarnya terkelupas, meninggalkan rongga hitam. Tak lama kemudian, sisi kanan pun mengalami hal yang sama. Dua gigi gerahamku di depan gigi bungsu miring pecah bergantian dalam waktu beberapa bulan.

Awalnya aku panik, tapi juga ada rasa aneh: setelah pecah, justru rasa nyeri kronis yang selama ini menghantuiku menghilang perlahan. Seperti ada tekanan yang dilepaskan.

Namun tentu saja, dua gigi itu tidak bisa dibiarkan. Aku akhirnya memutuskan mencabut keduanya. Prosesnya cepat dan tidak seseram bayangan operasi gigi bungsu dulu. Setelah cabut, aku hanya minum antibiotik dan pereda nyeri ringan.

Dan benar — untuk pertama kalinya dalam 16 tahun, aku bisa menggigit tanpa rasa nyeri. Tidak ada denyutan. Tidak ada tekanan. Seolah beban yang selama ini menempel di rahang bawah lenyap begitu saja.

Penjelasan Medis: Mengapa Geraham Bungsu Bisa Tumbuh Miring

Dari penjelasan dokter yang dulu memeriksaku, kondisi yang kualami disebut impaksi molar tiga atau impaksi gigi bungsu. Ini masalah umum, tapi bisa sangat menyiksa bila dibiarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun