Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Aku Mengalami Sakit Gigi Berkepanjangan Hampir 16 Tahun

16 Oktober 2025   09:00 Diperbarui: 16 Oktober 2025   19:12 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sakit gigi - kreasi AI

Beberapa fakta medis yang aku pelajari setelahnya:

  1. Ruang rahang manusia modern lebih sempit.
    Karena pola makan modern lebih lunak, pertumbuhan rahang tidak sekuat nenek moyang kita yang mengunyah makanan keras. Akibatnya, saat gigi bungsu tumbuh di usia 17–25 tahun, ruang untuknya sering tidak cukup.

  2. Arah pertumbuhan akar gigi bisa salah sejak dini.
    Saat akar terbentuk miring, gigi akan tumbuh menekan gigi di depannya. Ini menyebabkan tekanan konstan yang menimbulkan nyeri bahkan sebelum gigi benar-benar muncul ke permukaan.

  3. Peradangan kronis di sekitar jaringan gusi.
    Gigi yang tumbuh miring sering menimbulkan celah sempit di gusi yang sulit dibersihkan. Sisa makanan menumpuk, menyebabkan infeksi, bau mulut, dan pembengkakan lokal yang memicu nyeri berulang.

  4. Efek penjalaran ke saraf dan otot wajah.
    Letak geraham bungsu sangat dekat dengan cabang saraf trigeminal. Tekanan atau peradangan di area ini dapat memicu sakit kepala, nyeri telinga, bahkan pusing kronis — seperti yang kualami bertahun-tahun.

  5. Solusi medis: pembedahan pencabutan.
    Prosedur ini disebut odontektomi, dilakukan dengan bius lokal. Dokter membuat sayatan kecil di gusi, mengangkat sebagian tulang penutup, lalu memotong gigi bungsu menjadi bagian kecil untuk memudahkan pengangkatan. Setelah itu dijahit dan sembuh dalam 7–10 hari.
    Meski terdengar menakutkan, sebenarnya ini tindakan rutin dan relatif aman bila dilakukan oleh dokter gigi bedah mulut berpengalaman.

Refleksi: Tubuh Bisa Beradaptasi, Tapi Masalah Tak Hilang

Setelah semua berlalu, aku merenung. Mengapa aku bisa menahan sakit selama itu tanpa benar-benar berbuat sesuatu? Jawabannya sederhana: aku takut.
Takut akan pisau bedah, takut membayangkan darah, takut membayangkan mulutku disayat.

Padahal pada akhirnya, rasa takut itu membuatku kehilangan dua gigi sehat di depan gigi bungsu. Kalau saja dulu aku mengikuti saran dokter, mungkin aku tak perlu kehilangan apapun.

Tubuh manusia memang luar biasa. Ia bisa beradaptasi terhadap rasa sakit sampai kita lupa rasanya hidup tanpa nyeri. Tapi adaptasi bukan berarti sembuh. Itu hanya bentuk kompromi antara tubuh dan penderitaan.

Kini aku mengunyah dengan lega, tapi dengan pelajaran besar: jangan menunda masalah kesehatan hanya karena takut menghadapi tindakan medis. Kadang, penderitaan panjang berhenti bukan karena waktu, tapi karena keberanian untuk menyelesaikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun