"Permisi, saya dari pihak catering!" serunya sambil melambaikan tangan seolah benar-benar sibuk.
Petugas keamanan menatapnya curiga. "Cepat sekali masuknya. Biasanya ada daftar nama---"
Namun, sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, Riko sudah melesat ke dalam. "Nanti aja tanda tangannya, Pak. Saya buru-buru!" katanya.
Di dalam, pemandangan membuat matanya hampir berair. Meja panjang penuh makanan: ayam pedas, sate kambing, rendang, udang goreng, sushi, bahkan fountain cokelat yang berkilauan. Riko, yang perutnya keroncongan setelah kejar-kejaran, langsung menyambar piring.
Sambil menyuap makanan dengan lahap, ia menoleh sekilas ke pintu masuk. Dari jauh, samar terdengar sirene polisi. "Tidak mungkin mereka sampai sini," katanya meyakinkan diri sendiri.
Namun, seorang tamu di sampingnya menoleh. "Wah, batik kamu unik sekali! Sobek-sobek, tapi keren. Lagi tren ya?"
Riko hampir tersedak sate. "Ah... iya. Batik edisi terbatas. Hanya ada satu di dunia," jawabnya dengan senyum kikuk. Tamu itu mengangguk serius, bahkan berfoto selfie bersamanya.
Â
Ketenangan itu tak bertahan lama. Pintu masuk gedung mendadak terbuka lebar. Beberapa polisi berlari masuk, wajah penuh kewaspadaan. "Kami mencari pria dengan baju batik! Ia berbahaya!"
Tamu-tamu langsung berbisik panik. "Baju batik? Tapi di sini semua orang pakai batik..."
Riko menunduk, mencoba menyelinap, tapi seorang polisi menunjuk ke arahnya. "Itu dia!"