Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kubuka Topengku Untukmu

30 Juli 2025   12:00 Diperbarui: 30 Juli 2025   09:10 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa minggu kemudian

Di sebuah kafe sederhana di Yogya, Reyhan duduk canggung di hadapan Karla---mantan kekasihnya yang dulu ia tinggalkan karena merasa "terlalu sibuk membangun masa depan".

Karla datang dengan rambut dicepol, tanpa make-up, dan tatapan yang selalu bisa melihat isi hati Reyhan lebih dalam dari siapa pun.
"Aku kaget kamu ngajak ketemu," kata Karla pelan, sambil memutar sendok di cangkir teh.

"Aku juga kaget bisa ngomong ke kamu. Aku... akhirnya belajar berhenti jadi topeng."

Karla menatapnya, lama. Tak bertanya, tak menghakimi.

Reyhan menarik napas dalam. Tangannya sedikit gemetar. Tapi untuk pertama kalinya, ia bicara dari tempat terdalam dirinya:

"Aku selama ini terlalu sibuk menjadi citra... sampai lupa jadi manusia. Aku hancur, Kar. Tapi aku gak mau hancur diam-diam. Aku mau belajar jujur. Kalau kamu izinkan... aku ingin mulai lagi. Bukan hanya sama kamu, tapi juga sama diriku."

Karla tersenyum kecil. Air matanya menetes. Ia tidak berkata apa-apa. Tapi tangannya meraih tangan Reyhan dan menggenggamnya erat.

Dan saat itu, Reyhan merasa sesuatu yang selama ini hilang... pulih.

Reyhan mengundurkan diri dari posisi diplomatiknya beberapa bulan kemudian. Bukan karena kalah, tapi karena menang atas dirinya sendiri.

Ia mulai menulis, membagikan pengalaman burnout dan kesehatan mental ke generasi muda. Kadang jadi pembicara, kadang hanya teman curhat. Tapi apa pun bentuknya, kini Reyhan hidup sepenuhnya sebagai manusia---bukan ikon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun