ROJALI: Evolusi dari Puntung Rokok ke Puntung Harapan
Dulu, waktu kita muda, ada satu makhluk yang selalu nongol di tongkrongan. Namanya Rojali --- Rokok Jarang Beli. Modal tenggorokan, skill minta level dewa. Entah kenapa dia selalu muncul pas korek dinyalain. Dia tak pernah beli, tapi selalu hadir, seperti kenangan mantan yang tak diundang.
Tapi zaman berubah, bro.
Rojali berevolusi.
Kini ia menjelma menjadi Rombongan Jarang Beli. Mereka hadir bukan di warung kopi, tapi di mall. Bukan minta rokok, tapi minta waktu penjaga toko. Masuk rame-rame, senyum lebar, acak-acak rak dagangan, tanya harga, coba-coba sepatu---lalu pergi tanpa jejak.
"Wow, bagus banget nih, Mbak. Ada warna lain?"
"Ada, Kak. Ini yang paling laris."
"Ya ampun, lucu banget sih! Nanti aku balik lagi, ya..."
Nanti yang tak pernah jadi hari ini.
Kadang satu rombongan isinya lima orang. Empat tester parfum, satu bawa tripod. Jalan zig-zag dari toko ke toko, bukan cari barang, tapi cari pencahayaan bagus buat selfie. Paling ekstrim: bawa tas belanja dari tempat lain biar dikira habis belanja. Isinya? Tupperware bekas arisan.
Ajaibnya, mereka bahagia. Setidaknya sampai keluar mall dan sadar: keinginan bertambah, tapi dompet tetap.
Ini bukan jalan-jalan. Ini adalah penderitaan terencana.
Seperti ngajak hati ke tempat mewah, padahal saldo tinggal serpihan.