Keuntungan dari penjualan hasil panen akan dikelola secara transparan. Sebagian besar dana digunakan untuk menutupi biaya operasional, seperti perawatan pohon, transportasi, dan pengelolaan lahan. Sisanya disimpan dalam bentuk dana abadi yang dapat digunakan untuk mendanai proyek serupa di masa depan atau kebutuhan masyarakat lainnya.
Dengan langkah-langkah ini, program ini diharapkan mampu menciptakan siklus yang berkelanjutan, di mana masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi sekaligus berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Manfaat dari program ini dapat dirasakan dalam berbagai aspek. Secara ekonomi, program ini memberikan sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang terlibat langsung dalam proses budidaya dan panen apel putsa. Selain itu, dana abadi yang terbentuk dari keuntungan program dapat digunakan untuk mendukung proyek-proyek pembangunan lainnya di komunitas lokal, seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, atau layanan kesehatan.
Dari sisi lingkungan, penanaman pohon apel putsa berkontribusi pada penghijauan lahan, mengurangi erosi tanah, dan meningkatkan kualitas udara. Konsep One Man One Tree juga menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan di kalangan masyarakat, yang diharapkan dapat berdampak jangka panjang pada kelestarian alam.
Secara sosial, program ini memperkuat hubungan antara masyarakat dan pemerintah melalui kerja sama yang saling menguntungkan. Selain itu, program ini menciptakan rasa kebersamaan dan tanggung jawab kolektif dalam menjaga keberlanjutan program. Dengan melibatkan berbagai pihak, program ini juga menjadi model inklusi sosial yang dapat direplikasi di daerah lain.
Melalui manfaat-manfaat ini, program sinergi antara bank tanah dan masyarakat dengan konsep One Man One Tree tidak hanya menjadi solusi atas permasalahan ekonomi dan lingkungan, tetapi juga sebagai investasi jangka panjang untuk masa depan yang lebih baik.
Namun, pelaksanaan program ini tidak terlepas dari tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keberlanjutan lingkungan dan partisipasi aktif dalam program ini. Tidak semua individu memiliki motivasi atau pengetahuan yang cukup untuk secara konsisten merawat pohon yang ditanam. Hal ini dapat menyebabkan tingkat keberhasilan penghijauan yang rendah.
Tantangan lain adalah keterbatasan sumber daya untuk mengelola program secara efisien, seperti pendanaan awal, infrastruktur, dan tenaga kerja terlatih. Selain itu, potensi konflik atas penggunaan lahan juga dapat muncul, terutama jika lahan yang dikelola oleh bank tanah memiliki status hukum yang belum jelas atau tumpang tindih dengan klaim masyarakat setempat.
Solusi untuk tantangan ini melibatkan pendekatan yang holistik dan berkesinambungan. Pertama, program ini harus didahului oleh kampanye edukasi dan sosialisasi yang intensif kepada masyarakat mengenai pentingnya program ini bagi kesejahteraan mereka. Melalui pelatihan, seminar, dan media komunikasi lainnya, masyarakat dapat lebih memahami nilai dari konsep One Man One Tree dan kontribusi mereka terhadap keberlanjutan.
Kedua, kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, sektor swasta, dan lembaga non-pemerintah, dapat membantu menyediakan sumber daya yang diperlukan. Pemerintah dapat memberikan subsidi atau insentif kepada masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam program, sementara sektor swasta dapat mendukung melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Ketiga, penguatan kerangka hukum dan administratif diperlukan untuk memastikan kejelasan status lahan yang dikelola oleh bank tanah. Dengan demikian, konflik lahan dapat diminimalkan, dan program dapat berjalan dengan lancar.