Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pergulatan Guru di Tengah Isu Dekadensi Moral Siswa

11 Februari 2024   15:12 Diperbarui: 22 Februari 2024   11:47 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://eduprima.id/2023

Saya merasa apa yang disampaikannya cukup mewakili perasaan saya dan mungkin juga perasaan kebanyakan guru dewasa ini. Terkait fenomena dekadensi moral siswa.

Sekolah manapun tentu mengajarkan budi pekerti dan akhlak mulia pada siswa-siswinya. Beragam cara dilakukan untuk membentuk karakter positif pada siswa. 

Melalui gerakan pembiasaan sebagai tindak lanjut penerapan disiplin positif di sekolah. Juga tak kurang dalam pembelajaran di kelas guru juga menanamkan nilai-nilai etis dengan beragam metodenya masing-masing. 

Lalu pastinya melalui konsep Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang tengah gencar-gencarnya dilakukan di era kurikulum Merdeka ini. Intinya setiap sekolah yang baik pasti sudah melakukan segala cara dan upaya untuk membina dan mendidik agar siswanya memiliki budi pekerti dan akhlak mulia.

Tetapi mesti diingat juga siswa bisa belajar dari siapapun dan dari manapun. Bukan hanya belajar dari guru saja. Karena siswa hidup di lingkungan yang luas. 

Menilik kembali teori tabula rasa yang dicetuskan oleh John Locke dan Thomas Hobbes. Bahwa siswa diibaratkan selembar kertas putih, kosong dan bersih. Kertas itu akan dicorat-coret oleh kesehariannya. Oleh siapapun yang dia temui dalam kehidupannya. Artinya bahwa siswa menyerap apa saja yang dia temui dalam kesehariannya.


Diakui atau tidak bahwa apapun yang ditemui siswa tidak selalu sejalan dengan apa yang diajarkan di sekolah. Tidak ada sekolah mengajarkan merokok. Tidak ada guru mengajarkan siswa di bawah umur untuk mengendarai sepeda motor. Juga tidak mungkin ada lembaga pendidikan manapun yang mengajarkan anak didiknya untuk berkata-kata kotor (toxic). 

Semua pasti mengajarkan hal yang baik. Tetapi di tengah kehidupan masyarakat sehari-hari siswa tak jarang menemui kenyataan yang berbeda. Bercampur baur di tengah masyarakat segala nilai-nilai kehidupan. Yang positif maupun negatif. Terdapat kontradiksi di sana.

Memang perlu sekali pendidikan etika yang pas untuk anak-anak sekarang. Karena terdapat distorsi (pembiasan) baik perilaku, tren, maupun teladan yang dicontohkan dari lingkungan sekitarnya cukup mengerikan saat ini. Sebagai dampak dari terjadinya era disrupsi.

https://eduprima.id/2023
https://eduprima.id/2023

Posisi dan Peranan Guru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun