Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Ini Sebabnya Jendela Pesawat Terbang Berbentuk Bundar

20 Juni 2021   07:31 Diperbarui: 20 Juni 2021   07:32 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musibah demi musibah yang dialami pesawat Comet membuat para ilmuwan mengubah bentuk jendela pesawat menjadi bundar (unsplash/Jacob Owens)

Setiap kali naik pesawat terbang, saya selalu berusaha mendapatkan tempat duduk dekat jendela pesawat. Bahkan ketika saya kebagian tempat duduk di tengah atau di tepi, saya berusaha meminta tukar tempat dengan penumpang lain yang mendapat tempat duduk di tepi jendela. Dan seringnya, mereka tidak mau bertukar tempat.

Saya memaklumi penolakan ini. Tempat duduk di tepi jendela pesawat adalah tempat duduk favorit para penumpang pesawat terbang. Melihat pemandangan langit dari jendela pesawat adalah salah satu hal paling menyenangkan selama perjalanan udara.

Kalau kamu pernah duduk di kursi dekat jendela pesawat, mungkin kamu tidak pernah berpikir dan bertanya, mengapa bentuk jendelanya bundar atau oval. Tidak persegi seperti jendela rumah.

Ternyata, di balik bentuk jendela pesawat yang bundar, ada rangkaian peristiwa kecelakaan tragis yang mengiringinya. 

Jendela Pesawat Jet Komersial Pertama Berbentuk Bujur Sangkar

Revolusi transportasi manusia dimulai pada 2 Mei 1952 ketika Comet de Havilland milik British Overseas Airway Corporation melakukan penerbangan perdana dari London ke lima perhentian berbeda sebelum mendarat di Johannesburg, Afrika Selatan. Melaju di ketinggian 35 ribu kaki, Comet memungkinkan manusia melakukan perjalanan jauh dalam waktu yang cukup singkat.

Struktur badan pesawat Comet saat itu dibuat mirip dengan struktur badan pesawat masa kini. Bedanya, jendela pesawat Comet berbentuk bujur sangkat dengan sudut yang lancip.

Ruang kabin Comet diberi tekanan sehingga penumpang tidak perlu menggunakan masker oksigen. Saat pesawat mencapai ketinggian, tekanan di dalam kabin dinaikkan sehingga tekanan di dalam akan lebih besar daripada luar, dan ketika turun, tekanan akan diturunkan ketika mencapai ketinggian yang lebih rendah. 

Ini sama seperti yang dilakukan hari ini dalam perjalanan udara komersial. Namun perubahan tekanan diketahui memberikan tekanan yang cukup besar pada struktur pesawat. 

Rentetan Kecelakaan Pesawat Comet

Tak ada teknologi yang sempurna, apalagi ketika pertama kali diciptakan. Begitu pula dengan pesawat Comet. Pada November 1952, Comet gagal lepas landas dari bandara di Roma. 

Dalam jarak waktu yang berdekatan, sebuah pesawat Comet mengalami kecelakaan di Pakistan mengakibatkan tewasnya 11 orang penumpang.

Pada Mei 1953, Comet mengalami insiden fatal keduanya di India, menewaskan 43 penumpang. Hasil penyelidikan menyatakan, Comet mengalami turbulensi ekstrem selama badai petir dan respon pilot yang terlalu berlebihan dalam memberikan tekanan di dalam kabin.

Musibah yang dialami Comet belum berhenti. Pada Januari 1954, pesawat Comet meledak di udara dan jatuh di Laut Mediterania, dekat Italia. Semua 35 penumpang dan awak pesawat tewas. 

Hanya beberapa bulan kemudian, pada April 1954, Comet lain yang dioperasikan South African Airways juga jatuh di Mediterania setelah kehilangan kontak saat berada di ketinggian jelajah. Semua 21 penumpang dan awak di dalamnya tewas.

Rentetan musibah yang dialami Comet membuat pemerintah Inggris membekukan ijin operasional British Overseas Airway dan mengandangkan semua armada Comet. Tak hanya itu, Inggris juga membentuk Komisi Cohen yang bertugas menyelidiki penyebab rentetan kecelakaan pesawat Comet. 

Metal Fatigue, Penyebab Utama Kecelakaan Pesawat Berjendela Bujur Sangkar

Beberapa puing Comet yang ditemukan dari kecelakaan pertama di Laut Mediterania pertama mengindikasikan masalah bisa terjadi karena kelelahan logam (metal fatigue). 

Mereka mulai menguji teori ini dengan melakukan tes bertekanan pada badan pesawat Comet yang ada. Dengan menggunakan tangki air dengan badan pesawat terendam di dalamnya, peneliti dapat meningkatkan tekanan di dalam kabin dengan memompa lebih banyak air ke dalam untuk mensimulasikan kondisi penerbangan di ketinggian di kabin.

Setelah ribuan simulasi penerbangan bertekanan, para penyelidik menemukan area masalahnya. Kelelahan logam itu terjadi di sudut jendela palka pintu keluar yang berbentuk bujur sangkar. 

Tekanan di sudut-sudut jendela persegi Comet sangat terlokalisasi dan terkonsentrasi. Hingga 70% dari stres saat di bawah tekanan terjadi di sudut-sudut lancip.

Para ilmuwan kemudian mencoba mengubah bentuk jendela menjadi bundar dengan sudut yang melengkung. Hasilnya, tingkat tekanan menurun drastis. Area tekanan tidak menumpuk dan malah mengalir di sekitar area lengkung jendela.

Sejak saat itu, setiap pesawat jet komersial dibuat dengan jendela berbentuk bundar untuk menghindari risiko kecelakaan yang fatal. 

Referensi: BBC, Smithsonian, FAA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun