Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Indonesia Sudah Darurat Kesehatan Mental?

9 Oktober 2019   10:37 Diperbarui: 9 Oktober 2019   11:01 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gangguan kesehatan mental (sumber: unsplash.com/@dearferdo)

Dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta jiwa, Indonesia hanya memiliki 773 psikiater atau tingkat rasio 1:323 ribu jiwa. Padahal rasio terbaik menurut WHO adalah 1:30 ribu jiwa.

Selain kekurangan jumlah, Indonesia juga kurang memperhatikan pentingnya penempatan tenaga medis kesehatan mental. Jarang sekali ada upaya untuk menyediakan psikolog di Puskesmas di seluruh Indonesia. Padahal Puskesmas adalah fasilitas kesehatan primer yang paling dasar dan menjadi rujukan pertama masyarakat di level bawah.

Menempatkan tenaga medis mental seperti psikiater atau psikolog di Puskesma belum dianggap penting. Berbeda dengan tenaga medis fisik seperti dokter, bidan, ahli gizi hingga sanitarian yang selalu ada di setiap Puskesmas.

Tercatat, hanya Kota Yogyakarta yang telah berhasil menempatkan seorang psikolog di seluruh 18 puskesmas sejak 2010. Sedangkan kota-kota atau daerah lainnya belum memiliki kebijakan serupa.

Pemerintah Jakarta sendiri sejak 2014 sudah bekerja sama dengan Ikatan Psikologi Klinis Himpunan Psikologi Indonesia dan menyatakan akan menyiapkan layanan psikologi untuk 44 Puskesmas. Namun hingga Januari 2018 proses tersebut masih dalam tahap "keinginan".

Sementara di Kota Malang, baru Puskesmas Bareng saja yang sudah menempatkan mahasiswa magister profesi klinis dari Universitas Muhammadiyah Malang. Itu pun terbatas hanya dalam bentuk memberikan layanan konsultasi psikologi, bukan pengobatan medis.

Sampai saat ini saya belum tahu bagaimana dengan Puskesmas di daerah lainnya. Namun dengan melihat dan membandingkan kondisi di Jakarta dan Malang, bisa saya asumsikan Puskesmas di daerah-daerah lainnya belum menyediakan pelayanan kesehatan mental sebagaimana yang sudah diterapkan Kota Yogyakarta.

Pentingnya deteksi dini pada penderita gangguan kesehatan mental

Keterbatasan akses terhadap tenaga medis mental ini membuat banyak penderita belum tertangani secara profesional, bahkan untuk sekedar tahap pemeriksaan awal. Padahal, justru deteksi dini inilah yang sangat penting.

Gangguan kesehatan mental bisa diderita siapa saja. Mulai dari remaja sampai usia paruh baya. Gangguan mental lazim di kalangan anak muda milenial, karena ini adalah waktu kaum muda  menghadapi banyak transisi yang berbeda dalam hidup mereka. 

Tak salah apabila pada peringatan Hari Kesehatan Dunia 2018, WHO mengangkat tema "Kaum Muda dan Kesehatan Mental di Dunia yang terus berubah."

Disabilitas mental juga rawan terjadi pada korban bencana alam maupun kerusuhan. Mereka membutuhkan dukungan psikologis untuk melewati masa-masa sulit kehilangan orang yang mereka cintai, barang-barang mereka dan rasa takut akan bencana di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun