Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Prihatin Budaya Literasi Rendah, Tapi yang Dicontohkan Malah Budaya Nge-Vlog

13 Februari 2019   23:09 Diperbarui: 14 Februari 2019   13:40 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi (unsplash.com/@truss)

Menilik data dari Google tersebut, kita bisa membayangkan bagaimana setiap orang Indonesia yang menggunakan internet seolah berlomba-lomba untuk membuat konten video. Dan perlombaan ini bukan karena sedang mengikuti tren.

Semenjak diakuisisi oleh Google pada 2008, YouTube dilengkapi dengan fitur monetasi penayang iklan (Adsense). Inilah yang menjadi faktor utama dari kian meningkatnya unggahan konten video di YouTube. Iming-iming imbalan penghasilan yang bisa didapatkan dari iklan YouTube. Semakin banyak yang melihat videonya, semakin banyak pula pundi-pundi rupiah yang bisa mereka dapat.

Fitur monetasi dari Google inilah yang memicu perubahan besar dari budaya membaca dan menulis. Dulu, banyak orang (termasuk saya) berlomba-lomba menulis dan membuat blog supaya bisa dimonetasi dan memberi penghasilan tambahan. Tapi sejak hadirnya YouTube yang bisa dimonetasi juga, banyak blogger yang mulai meninggalkan blognya. 

Apalagi setelah ada fitur penangkal iklan (Ad Block) yang bisa dipasang di beberapa peramban (browser). Iklan dari Google yang dipasang di blog menjadi tidak terlihat. Otomatis, penghasilan dari Adsense semakin berkurang.

Banyak blogger yang kemudian beralih menjadi Vlogger. Selain iming-iming Adsense, menjadi Vlogger juga dianggap lebih mudah. Tak perlu pusing memikirkan ide tulisan, tak perlu ribet meriset kata-kata kunci dan memikirkan SEO. Hanya dengan berbekal smartphone dan merekam aktivitas sehari-hari atau apapun yang sekiranya bisa menarik untuk ditonton, lalu mengunggahnya di YouTube, mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan.

Fenomena Vlogging ini bisa menjadi paradoks tersendiri bagi kita di Indonesia. Selama ini, kita (penggiat dan penghobi menulis) selalu mengeluh tentang fakta betapa rendahnya budaya literasi masyarakat Indonesia. Kita merasa prihatin dengan kondisi generasi muda yang enggan membaca.

Memang, pemerintah sudah mulai peduli dengan fakta rendahnya minat membaca pada generasi muda. Kampanye budaya literasi (membaca) kian digencarkan. Murid-murid sekolah diwajibkan membaca buku sebelum jam pelajaran dimulai. Tapi, seiring dengan hal ini, budaya Vlogging juga tak ketinggalan dicontohkan.

Vlogging, dianggap sebagai salah satu bentuk dari literasi digital. Menurut Paul Gilster dalam bukunya Digital Literacy (1997), literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti digital. 

Bawden (2001) menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar pada literasi komputer dan literasi informasi. Literasi komputer berkembang pada dekade 1980-an, ketika komputer mikro semakin luas dipergunakan, tidak saja di lingkungan bisnis, tetapi juga di masyarakat.

Namun, literasi informasi baru menyebar luas pada dekade 1990-an manakala informasi semakin mudah disusun, diakses, disebarluaskan melalui teknologi informasi berjejaring. Dengan demikian, mengacu pada pendapat Bawden, literasi digital lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi melalui perangkat digital.

Memang, tak ada yang bisa mengklaim bahwa kata-kata yang tertulis itu satu-satunya medium pengalaman literasi. Foto dan video juga bisa berfungsi sebagai bahan literasi, terutama di era digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun