Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Prihatin Budaya Literasi Rendah, Tapi yang Dicontohkan Malah Budaya Nge-Vlog

13 Februari 2019   23:09 Diperbarui: 14 Februari 2019   13:40 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi (unsplash.com/@truss)

Sampai disini, saya tak hendak meng-kambing hitamkan aktivitas Vlogging (dan YouTube sebagai platformnya) sebagai salah satu faktor menurunnya minat baca dan rendahnya budaya literasi di kalangan anak-anak muda. Yang menjadi paradoks dari fenomena Vlogging dengan rendahnya budaya literasi adalah konten dari Vlogger dan YouTuber yang sebagian besar tidak mengandung informasi (apalagi edukasi) apapun kecuali hal-hal remeh seputar gaya hidup dan aktivitas harian pribadi.

Menjadi ironis ketika media mainstream malah turut membesarkan konten-konten vlog yang "unfaedah" ini. Karena itu, dalam hal rendahnya budaya literasi di kalangan anak-anak muda, mereka tidak bisa begitu saja disalahkan. Mereka memang sudah menjadi generasi penonton, tapi ini adalah bagian dari "takdir" seiring hadirnya perkembangan teknologi yang tak bisa dihindari.

Bagaimana supaya generasi penonton ini juga memiliki budaya literasi (digital) yang tinggi, maka ubahlah budaya vlogging itu. Bukan dengan mengurangi atau menghambat, tapi ubahlah konten-konten video yang ditayangkan dan dibagikan. Karena generasi muda sekarang lebih suka menonton, maka ciptakanlah konten-konten video yang informatif dan edukatif. Blow up lah konten kreator, Vlogger dan YouTuber yang playlist kanalnya bermanfaat dan mendidik.

Google dan YouTube memang tidak bisa memfilter apalagi menghalangi konten-konten video yang diunggah penggunanya. Selama konten itu tidak menyalahi term of service dari platform. Dengan iklan sebagai sumber pendapatan utama, Google dan YouTube malah mendorong siapapun juga untuk bisa membuat konten, dan siapapun juga untuk bisa melihatnya di platform mereka. Semakin viral konten yang diunggah, semakin banyak yang melihat videonya, Google dan YouTube juga semakin banyak memberi apresiasi.

Tapi sepengalaman saya saat mengikuti pelatihan sebagai fasilitator, Google selalu menekankan pada pengguna untuk mengunggah konten-konten yang bermanfaat bagi penonton. Konten-konten yang mengedukasi, memberi informasi dan menghibur secara positif.

Tak ada yang salah dengan aktivitas nge-vlog. Tak ada yang salah pula dengan impian untuk menjadi YouTuber sukses dan mendapat penghasilan besar dari konten video yang dibagikan. Namun setidaknya, jadilah Vlogger dan YouTuber yang bermanfaat dan menginspirasi penontonnya.

Catatan:

Ada kesalahan pencantuman infografis saat artikel ini ditayangkan, sekarang sudah disunting. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun