Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Thank You Fred...

1 November 2018   00:54 Diperbarui: 1 November 2018   01:12 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (unsplash.com/@serjosoza)

Kami berdua lantas mengisi penuh 2 jerigen yang kubawa. Dengan langkah yang sedikit dipercepat, aku dan Fred kembali ke lokasi rombongan yang tadi kutinggalkan.

Sampai di lokasi, kulihat api unggun kecil sudah berhasil dinyalakan. Anggi juga sudah dibawa pak Wirya ke pondok. Melihat kami berdua datang menenteng jerigen berisi air, Pak Her bergegas bangkit dan menyambutnya.

Aku menemani pak Her memperbaiki mesin minibus. Setelah mengisi radiator, pak Her mencoba menyalakan mesin. Suara mesin mobil terdengar menggeram, batuk-batu, kemudian mati. Setelah mencoba tiga kali, barulah mesin mobil tak lagi batuk, menggeram pelan dan akhirnya stabil menyala.

Senyum kecil merekah di wajah pak Her. "Alhamdulillah mas, sudah bisa menyala. Tapi ini tak bisa bertahan lama. Air radiator bisa habis agak cepat karena ada kebocoran kecil. Kita harus mengurangi beban supaya tarikan mesin tidak terlalu berat Mas," kata pak Her menjelaskan padaku.

Aku mengangguk dan berkata, "Tak apa pak Her. Kita menunggu Rahman disini dulu. Nanti pak Lukman dan keluarganya bisa ikut mobilnya Rahman, sisanya naik minibus ini. Jadi bebannya sedikit berkurang."

"Iya, Mas. Kalau bisa minta tolong jerigennya diisi lagi buat cadangan," kata Pak Her sambil tersenyum lega.

"Baik pak Her. Sebentar saya akan ke sungai kecil yang tadi buat mengambil air. Nanti, kalau pak Wirya sudah datang, minta tolong suruh jemput Anggi di pondok dan bawa lagi kesini. Biar dia ikut turun ke kampung sekalian".

Aku kemudian mengabarkan berita gembira tersebut pada yang lain dan meminta mereka tetap tenang dan sabar menunggu mobil Rahman datang. Tak lupa kuucapkan terima kasih pada Fred yang sudah menemukan sumber air sehingga bisa digunakan untuk mengisi radiator minibus. Pak Lukman, Bu Prita serta Kanaya ikut mengucapkan terima kasih pada Fred.

Sementara Fred menyambut ucapan terima kasih itu dengan lambaian tangan dan tersenyum kecil. "Tak usah berlebihan. Kita seharusnya berterima kasih pada Himam. Dia benar-benar bisa memimpin rombongan ini dengan baik."

Ucapan Fred tersebut membuat kepalaku serasa membesar. Untung saja suasana gelap, sehingga mereka tidak bisa melihat wajahku yang mungkin sudah memerah tersanjung. Kulirik Kanaya, dan kulihat senyum kekaguman memancar di wajahnya. Diiringi sinar api unggun, senyum itu membuat wajah Kanaya terlihat semakin cantik......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun