Mohon tunggu...
Prila Sekartiningrum
Prila Sekartiningrum Mohon Tunggu... Dokter - veterinary student

diam, pelajari, lakukan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bahaya Toksoplasmosis Tidak Hanya Berasal dari Kucing

11 Desember 2019   19:12 Diperbarui: 11 Desember 2019   19:17 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pexels.com

Di kalangan perempuan terutama ibu hamil pasti sudah tidak asing lagi mendengar toksoplasmosis. Toksoplasmosis adalah suatu penyakit infeksi oleh parasit yang tidak menimbulkan gejala-gejala yang serius, namun akan berbahaya jika penyakit ini diinfeksi oleh ibu hamil. Selama ini, masyarakat berpersepsi bahwa kucing merupakan satu-satunya penyebab toksoplasmosis. Seolah-olah kucing menjadi ancaman utama bagi ibu hamil yang patut dihindari. Namun, kenyataannya tidak demikian. Tidak semua penderita yang terinfeksi penyakit ini disebabkan oleh kucing.

  • Parasit Toxoplasma gondii

Toksoplasmosis merupakan penyakit infeksi zoonosis yang disebabkan oleh parasit protozoa Toxoplasma gondii. Toxoplama gondii berasal dari bahasa latin toxon yang artinya adalah busur dan plasma yang berarti bentuk, atau dapat diartikan sebagai bentuk yang serupa dengan busur. Toxoplasma gondii adalah spesies organisme bersel satu (protozoa) yang hidup sebagai parasit. Toksoplasmosis dapat diderita semua hewan berdarah panas, termasuk manusia.

Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan pada binatang pengerat, Ctenodactylus gundi, di suatu laboratorium di Tunisia dan pada seekor kelinci di suatu laboratorium di Brazil (Nicolle & Splendore) pada tahun 1908.

Pada tahun 1973 parasit ini ditemukan pada neonatus dengan ensefalitis. Walaupun transmisi intrauterine secara transpalasental sudah diketahui, tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas, ketika ditemukan daur seksualnya pada kucing (Hutchisom).

Toxoplama gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk atau tingkatan yaitu takizoit (bentuk proliferatif yang disebut juga tropozoit), bradizoit (terdapat pada kista jaringan) dan sporozoit (dihasilkan oleh ookista). Takizoit berbentuk lengkung atau bulat seperti telur dengan salah satu ujungnya meruncing dan ujung lainnya tumpul. Ukuran panjang 4--8 m, lebar 2--4 m dan mempunyai selaput sel. Memiliki satu inti sel yang terletak di tengah berbentuk lonjong dengan karisom di tengahnya dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi serta ribosom.

Tidak mempunyai kinetoplas dan sentrosom serta tidak berpigmen. Bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan kucing sebagai hospes denitif. Takizoit ditemukan pada stadium infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh seperti otak, otot skelet, dan otot jantung.

Takizoit dapat memasuki tiap sel yang berinti. Bradizoit pada kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit.

Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris. Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi di dalam otot bentuk kista mengikuti bentuk sel otot.

Kista ini merupakan stadium istirahat dari Toxoplama gondii. Ookista merupakan bentuk yang hanya terdapat pada tubuh kucing dan sebangsanya yang merupakan induk semang. Ookista dihasilkan oleh siklus enteroepitelial pada usus induk semang. Ookista merupakan hasil perkembangan seksual antara makrogametosit (betina) dan mikrogametosit (jantan) yang mengalami proses gametosit.

Kehidupan Toxoplasma gondii bergantung pada organisme lain yang disebut inang atau hospes. Terdapat dua jenis inang dalam parasitologi, yaitu inang definitif dan inang perantara.

Inang definitif merupakan organisme tempat suatu parasit hidup dan berkembang biak secara seksual, sedangkan inang perantara adalah organisme tempat parasit hidup dan berkembang biak secara aseksual. Inang definitif T. gondii adalah hewan golongan Felidae seperti kucing domestik (Felis catus), sedangkan inang perantaranya adalah semua jenis hewan berdarah panas seperti burung dan mamalia, termasuk manusia.

  • Penyebaran Toxoplasma gondii

Seekor kucing dapat mengeluarkan sampai 10 juta ookista sehari selama 2 minggu. Ookista dapat hidup lebih dari satu tahun di tanah yang lembab. Cacing tanah mencampur ookista dengan tanah, kecoa dan lalat dapat menjadi vektor mekanik yang dapat memindahkan ookista dari tanah atau lantai ke makanan. Bila ookista tertelan oleh tikus, tikus terinfeksi dan akan terbentuk kista dalam otot dan otaknya.

Bila tikus dimakan oleh kucing, maka kucing akan tertular lagi. Hewan pemakan rumput seperti kambing, sapi, dan kuda dapat terinfeksi karena memakan rumput yang tercemar tinja kucing yang mengandung ookista. Maka dari itu, mengkonsumsi daging setengah matang berpotensi menularkan infeksi toksoplasma karena bisa jadi daging tersebut masih mengandung parasit toksoplasma.

  • Gejala Toksoplasmosis

Biasanya, toksoplasmosis tidak menimbulkan gejala-gejala infeksi pada tubuh manusia normal karena tubuh sehat cenderung memiliki daya tahan tubuh yang kuat.

Pada kondisi ini, parasit toksoplasma dalam keadaan tidak aktif. Bila menimbulkan gejala, pada umumnya hanya menimbulkan gejala-gejalan ringan seperti flu.

Namun, jika parasit ini menginfeksi orang dengan kondisi daya tahan tubuh lemah, seperti seseorang yang sedang menjalankan kemoterapi dan pengidap HIV/AIDS, infeksi ini akan menimbulkan gejala-gejala yang lebih serius.

Gejala-gejala tersebut meliputi sakit kepala, kebingungan, koordinasi motorik yang buruk, gerakan tak terduga pada kaki atau tangan, masalah kerja pada paru-paru dan infeksi umum pada pasien dengan AIDS, dan penglihatan kabur karena infeksi retina yang berat.

  • Bahaya Toksoplasmosis pada Ibu Hamil

Pada ibu hamil, infeksi toksoplasma ini akan berbahaya, terutama pada janin. Beberapa infeksi pada tahap awal kehamilan akan menyebabkan keguguran atau kematian janin. Anak yang bertahan hidup pada akhirnya akan mengalami kecacatan atau berbagai masalah yang serius seperti kejang, pembesaran limpa pada hati, mata dan kulit kuning, infeksi mata yang parah, berkurangnya kualitas pendengaran, dan gangguan psikotik.

Risiko bayi Ibu tertular infeksi toksoplasma semakin meningkat seiring dengan usia kandungan. Jika Ibu terinfeksi parasit toksoplasma pada usia trimester pertama kehamilan, maka risiko bayi tertular sebesar 15%, pada trimester ke dua sebesar 30%, dan 60% pada trimester ke tiga.

Walaupun kemungkinan tingkat penularan pada akhir semester sangat besar, namun jika janin telah terinfeksi dari awal trimester kehamilan, infeksi akan semakin parah dan kemungkinan bisa terbawa seumur hidup.

Risiko penularan semakin rendah bila Ibu terinfeksi beberapa bulan sebelum memasuki masa kehamilan. Para ahli kesehatan menyarankan, Jika Ibu mengetahui bahwa infeksi sudah terdapat pada tubuh, tunggulah selama enam bulan sebelum memutuskan untuk hamil, ketika infeksi sudah ditangani.

  • Kucing  Bukan Satu-Satunya Penyebab Toksoplasmosis

Walaupun kucing berperan sebagai hospes definitif, kucing bukanlan satu-satunya penyebab penderita terinfeksi toksoplasma. Hampir setengah dari penyebab infeksi toksoplasma disebabkan karena kebiasaan mengonsumsi daging mentah atau setengah matang, seperti steak dengan tingkat kematangan medium.

Selain itu, pola hidup yang tidak bersih juga memicu terjadinya infeksi parasit ini. Penderita dapat terinfeksi akibat tidak membiasakan mencuci tangan sebelum makan, mengkonsumsi bahan makanan yang belum dibersihkan dan setengah matang, minum air yang terkontaminasi parasit toksoplasma, menyentuh tanah, kotoran kucing, atau daging yang sudah terkontaminasi kemudian menyentuh mata, hidung atau mulut.

Pada salah satu penelitian yang dilakukan oleh Prayuani Dwi Agustin dan J. Mukon di Kecamatan Mulyorejo, Surabaya, mendapatkan hasil bahwa besar prevalensi kejadian toksoplasmosis pada pemelihara kucing sebesar 52% dan pada bukan pemelihara kucing sebesar 48% di Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya.

Hal ini menunjukan tidak terdapat perbedaan yang besar pada persentase kondisi responden yang didiagnosis positif antara pemelihara kucing dan bukan pemelihara kucing.

Artinya, seseorang yang tidak memelihara kucing belum tentu terhindar dari resiko infeksi toksoplasma, bahkan bisa jadi memiliki peluang terinfeksi lebih besar karena tidak membudayakan gaya hidup bersih. Di sisi lain, seseorang yang memelihara kucing bisa saja memiliki peuang terinfeksi toksoplasma lebih kecil karena dia sudah menjaga gaya hidup bersih dan memelihara kucingnya dengan cara yang tepat.

  • Pencegahan Toksoplasmosis

Dengan mengetahui bahwa tidak hanya kucing yang menjadi penyebab toksoplasmosis, maka untuk mencegah terjadinya infeksi toksoplasma, diperlukannya pola hidup bersih dan sehat, seperti selalu mencuci tangan sebelum makan, menggunakan sarung tangan ketika berkebun, mencuci daging dan sayur-sayuran dengan tepat, mencuci peralatan dapur setelah digunakan, memasak makanan dengan tingkat kematangan yang tepat, dan menghindari mengkonsumsi makanan setengah matang. Selain itu, bagi pemelihara kucing, pencegahan dapat dilakukan dengan manajemen pemeliharaan yang tepat.

  • Pemeliharaan Kucing yang Tepat 

Di samping itu, tidak ada larangan untuk memelihara kucing, asalkan dengan manajemen pemeliharaan yang tepat. Agar terhindar dari infeksi toksoplasma, hal-hal yang perlu dilakukan yaitu :

  1. Bersihkan kotak kotoran kucing setiap hari. Langkah ini akan mengurangi risiko penularan, karena parasit akan mati setelah 24 jam pada suhu udara luar. Gunakan sarung tangan sekali pakai dan masker, lalu segera cuci tangan dengan sabun antiseptik.
  2. Berikan kucing makanan khusus kucing atau makanan yang sudah dimasak dengan matang.
  3. Pastikan kucing hidup hanya di dalam rumah, agar ia tidak menangkap tikus ataupun burung untuk dimangsa.
  4. Jangan biarkan kucing berada di dapur atau meja makan.
  5. Meskipun parasit ini tidak hidup pada bulu kucing, selalu cuci tangan sampai bersih setelah bermain dengannya.
  6. Mandikan kucing secara rutin satu kali dalam seminggu.
  7. Melakukan vaksinasi kepada kucing agar terhindar toksoplasma.
  8. Hindari menambah kucing peliharaan baru ketika sedang hamil, jangan bermain dengan kucing liar atau anak kucing.

Dengan demikian kucing bukan menjadi satu-satunya ancaman toksoplasma, terutama bagi perempuan. Para pecinta kucing juga tak perlu khawatir melakukan kontak fisik dengan kucing asalkan selalu mencuci tangan dengan sabun setelahnya dan mengikuti cara pemeliharaan kucing yang tepat.

Selain itu kewaspadaan kita terhadap toksoplasma jangan hanya tertuju pada kucing karena hal-hal kecil yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-sehari bisa saja pembawa parasit toksoplasma. Makanan, minuman, alat-alat dapur, dan lain-lain hendaklah dalam kondisi bersih karena hal-hal tersebut bisa saja membawa parasit toksoplasma.

Referensi :

  • Astuti, N.T. (2010). Toxoplasma gondii (Nicolle & Splendore 1908). Jurnal Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara, 6, 24-25.
  • Mukono, J. & Prayuani D.A. (2015). Gambaran Keterpaparan terhadap Kucing dengan Kejadian Toksoplasmosis pada Pemelihara dan Bukan Pemelihara Kucing di Kecamatan Mulyorejo, Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 8, 103-117.
  • id.wikipedia.org
  • hellosehat.com
  • www.nutriclub.co.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun