Mohon tunggu...
Yudha Pratomo
Yudha Pratomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Siapa aku

is typing...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Romantisme Tanpa Rasa Congkak

16 Juni 2016   22:57 Diperbarui: 17 Juni 2016   23:55 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber : truelove.net

Di sudut jalan itu kita bertemu.
Berpapasan dengan payung di tangan.
Kala itu, hujan turun tanpa reda, membawa satu keteduhan untuk dua raga yang terpanaskan.

Aku yang salah, memang.
Menyulut api yang terlalu besar.
Bukan untuk kamu, tapi untuk mereka yang di belakangmu.

Menaruh kebencian pada mereka, dan begitulah.
Kita yang menanggung akibatnya. Memang, aku yang salah.

Tanpa sepatah kata, kamu berdiri menghadap.
Hanya melihat mata kamu, aku menemukan satu kesederhanaan.

Apa yang rumit pada awalnya tapi berakhir dengan sederhana.
Memang, cinta tidak menuntut kesetaraan, tapi akan menyetarakan.

Dua langgam berbeda dirangkum, berbalut nada menjadi rasa.
Ya, semua sesederhana itu.
Memang, cinta itu menyederhanakan.

Tapi apalah sesal. 

Hidup di bawah sumpah untuk tidak lagi saling bertatap, itu menyakitkan.
Seperti yang aku sedang rasa.
Tapi untuk semua itu, ada kesederhanaan.

Ya, itulah sesal.

Sadar akan hilangnya jalan untuk berdua.
Sadar akan lunturnya imaji yang kita duga.
Tapi untuk semua yang telah kita lewati, tidak ada kata sesal.
Tidak boleh ada sesal.

Karena cinta begitu sederhana.
Karena kita dahulu bisa saling menerima.
Bisa saling menyetarakan tanpa diminta.
Karena kita punya satu yang istimewa,,,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun