Mohon tunggu...
PRAMESWARI MAHENDRATI
PRAMESWARI MAHENDRATI Mohon Tunggu... Founder and Trader at PT Indo Apexion Global

Hi, I enjoy writing because through words I can share stories, experiences, and imagination. My favorite topics usually revolve around fiction, lifestyle, and journaling—simple things that feel close to everyday life. For me, writing is like a friend who’s always ready to listen and pour my thoughts onto the page. I hope my writings can leave something meaningful for readers, or at least be a companion to fill their time. ✨ Writing is a home for the mind.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kaum Urban dan Commuterline: Menemukan Jeda di Tengah Lelah

22 Agustus 2025   14:46 Diperbarui: 22 Agustus 2025   14:46 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup di kota besar kadang melelahkan gasih? Seperti berlari tanpa pernah benar-benar berhenti. Pagi hari kita diburu waktu, berdesakan di jalanan, dikejar deadline, lalu sore hari tubuh dan pikiran sudah kehabisan tenaga. Rasanya seperti lingkaran yang berulang tanpa akhir.

Di antara rutinitas itu, Commuterline hadir bukan sekadar alat transportasi. Bagiku---dan mungkin juga kamu---ia seperti ruang transisi, ruang singgah di antara dunia kerja yang penuh tekanan dan rumah yang menjadi tujuan akhir.

"Ramai yang memberi jeda"

Aku sering bertanya pada diri sendiri saat duduk di kursi panjang Commuterline, "Kenapa ya, momen di kereta ini terasa begitu melegakan?" Padahal, kalau dipikir-pikir, keretanya ramai, sempit, bahkan kadang harus berdiri lama. Tapi entah mengapa, di situ ada jeda yang tak bisa ditemukan di tempat lain.

Ada yang memilih membuka ponselnya, tenggelam di media sosial. Ada yang memasang headset, memutar lagu favorit, membiarkan dunia luar tenggelam dalam alunan musik. Ada juga yang hanya menatap jendela, mengikuti bayangan gedung-gedung yang berganti cepat, seolah semua masalah ikut melaju bersama laju kereta.

Lalu aku? Aku biasanya diam. Menghela napas panjang, mencoba berdamai dengan rasa lelah. "Sebentar lagi sampai. Besok pasti akan sama lagi. Tapi sekarang, biarlah aku istirahat sejenak."

"Pulih sebentar, sebelum esok kembali berlari. "

Di situlah aku sadar, Commuterline memberi ruang bagi kaum urban untuk menemukan momen kecil: sebuah jeda. Momen ketika kita tak lagi terburu-buru, tak lagi harus menjawab email, tak lagi memikirkan rapat esok hari. Walau hanya tiga puluh menit atau satu jam, momen itu berharga.

Mungkin terdengar sederhana, tapi bagi banyak orang, ruang kecil inilah yang menyelamatkan kewarasan di tengah ritme kota yang melelahkan. Kita belajar menghargai hal-hal sepele: kursi kosong di gerbong, sinyal internet yang stabil, atau sekadar angin sore yang menyelinap lewat jendela.

Commuterline, dengan segala keterbatasannya, justru menghadirkan kenyamanan unik yang jarang kita sadari. Bukan tentang seberapa cepat ia membawa kita pulang, tapi tentang jeda kecil yang kita dapatkan di tengah perjalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun