Mohon tunggu...
Prahasto Wahju Pamungkas
Prahasto Wahju Pamungkas Mohon Tunggu... Advokat, Akademisi, Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa (Belanda, Inggris, Perancis dan Indonesia)

Seorang Advokat dan Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa dengan pengalaman kerja sejak tahun 1995, yang juga pernah menjadi Dosen Tidak Tetap pada (i) Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, (ii) Magister Hukum Universitas Pelita Harapan dan (iii) Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang gemar travelling, membaca, bersepeda, musik klasik, sejarah, geopolitik, sastra, koleksi perangko dan mata uang, serta memasak. https://pwpamungkas.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencairnya Arktik: Perebutan Kekuasaan di Kutub Utara dan Dampaknya Bagi ASEAN

14 Juli 2025   15:57 Diperbarui: 14 Juli 2025   17:14 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arctic Maritime Route (Sumber/Kredit Foto: Modern Diplomacy EU)

Wilayah Arktik/Kutub Utara (Sumber/Kredit Foto: Dive and Discover )
Wilayah Arktik/Kutub Utara (Sumber/Kredit Foto: Dive and Discover )

Kesempatan dan Risiko Ekonomi Global dan Kompetisi Global: Perkawinan Politik, Militer, Lingkungan dan Keadilan Sosial

Wilayah Arktik diperkirakan menyimpan 22% minyak bumi dan gas dunia yang belum dieksplorasi. Greenland dan Siberia (Federasi Rusia) membuka akses ke logam langka seperti lithium, niobium, dan titanium, yang penting bagi industri energi hijau dan pertahanan. Jalur NSR memungkinkan penghematan logistik besar bagi China dan Rusia, sementara negara-negara Barat berlomba membangun infrastruktur untuk mendukung lintasan baru ini. Namun kondisi cuaca ekstrem, ketidakstabilan permafrost, dan ketergantungan pada industri berat memberikan tantangan besar.

Ketegangan diplomatik meningkat ketika negara-negara sudah memulai militerisasi kawasan Arktik melalui latihan seperti Joint Viking (NATO) dan modernisasi armada Rusia. Meskipun perang langsung masih rendah kemungkinan dalam 5--10 tahun mendatang, risiko konflik dapat meningkat bila klaim teritorial tumpang tindih atau kecelakaan karena kelalaian terjadi. Rusia dituduh menyembunyikan data iklim penting, menghambat kerja ilmiah global dan memicu ketidakpercayaan Barat soal perubahan iklim bertindak sebagai strategi dominasi.

Eksploitasi mineral dan energi mengancam komunitas adat Inuit dan Sami di Greenland. Thawing permafrost merusak ekosistem tundra, menyebabkan pelepasan gas rumah kaca tambahan. Regulasi antarnegara di bawah kerangka The Arctic Council masih tetap lemah dalam penegakannya. Di sisi lain, tekanan ekonomi global terhadap energi rendah karbon membuka peluang baru bagi pengelolaan berkelanjutan dan investasi energi hijau jika diimbangi regulasi ketat.

Pemenang Zona Arktik dan Masa Depan Global

Secara keseluruhan, saat ini Rusia berada di posisi paling menguntungkan. Dengan kendali jalur laut, basis militer, dan sumber daya energi yang luas. Amerika Serikat dan Kanada memperkuat posisi kolektif melalui kerja sama multilateral. China mengambil pendekatan panjang sebagai investor strategis, sedangkan negara Nordic menjadi penyeimbang dan mediator. Greenland muncul sebagai titik penting dalam peta geopolitik dan kebijakan mineral.

Kompetisi ini lebih dari sekadar issue mengenai kekuasaan, tetapi juga mengenai akses terhadap jalur perdagangan baru, kontrol atas sumber energi masa depan, serta kemampuan mengatur risiko global dalam era perubahan iklim. Siapa yang paling untung? Yang mampu menggabungkan kekuatan militer, diplomasi, ekonomi, dan kesadaran lingkungan, dengan struktur multilateral yang adaptif dan kredibel.
 
======================

Catatan: Tulisan ini disusun sepenuhnya berdasarkan analisis dan informasi yang tersedia di:

  • Finabel -- Great Power Competition in the Arctic (2020)
  • BBC -- The Battle for the Arctic (2020)
  • BBC - The struggle for control of the Arctic is accelerating - and riskier than ever
  • Latvian Institute of International Affairs (LIIA) -- A Mirror of Great Powers' Geopolitical Interests (2022)
  • Brookings Institution-- Great Power Competition and Overseas Basing in the Arctic
  • International Peace Bureau (IPB) -- Arctic Council: What and Where To? (2023)
  • International Banker -- Why the Arctic Has Become a Key Theatre (2023)
  • Voice of America (VOA) -- Why the Arctic Matters in the 21st Century (2024)
  • Forbes - Cold War 2.0? Russia, China And The U.S. Clash Over Arctic Resources (2025)
  • Modern Diplomacy EU - The Arctic Geopolitics: Melting Ice and Rising Tensions (2024)
  • Modern Diplomacy EU - Arctic Showdown: Global Power Struggles & ASEAN's Stake in the Ice (2025)
  • Harvard Kennedy School, Belfer Centre for Science and Internasional Affairs - New Russian Law on Northern Sea Route Navigation: Gathering Arctic Storm or Tempest in a Teapot? (2023)
  • South China Morning Post - Russia seeking China's help to develop Arctic shipping route -- is it worth it for Beijing? (2024)

Jakarta, 14 Juli 2025
Prahasto Wahju Pamungkas

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun