Pendidikan Selamatkan Generasi, Menuju Manusia Merdeka
Oleh: MulyaÂ
"Kemerdekaan ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."
Penggalan Pembukaan UUD 1945 ini menjadi landasan ideologi bangsa. Dalam upaya mewujudkan kemerdekaan sejati, pendidikan dikukuhkan sebagai salah satu pilar utama. Namun, sering kali keberlanjutan pendidikan belum sepenuhnya mencerminkan cita-cita kemerdekaan yang diinginkan. Lantas, bagaimana cara meningkatkan pendidikan untuk benar-benar mengisi kemerdekaan yang kita raih?
Inilah tema yang akan kita analisis lebih mendalam. Mari kita berbincang tentang pendidikan untuk kemerdekaan yang sejati, yaitu kemerdekaan yang substantif, bukan sekadar formalitas. Tema ini sangat relevan, terutama dalam menyongsong Indonesia Emas di tahun 2045. Pendidikan adalah kunci utama untuk mewujudkannya, dan oleh karena itu, pembahasan ini menjadi sangat penting untuk kita wujudkan bersama.
Makna Kemerdekaan
Secara bahasa, kata "merdeka" dalam bahasa Arab disebut huriyah atau al-huriyah yang bermakna menghidupkan, memberi semangat, dan membebaskan. Dalam konteks ini, merdeka adalah kebebasan sejati yang harus dimiliki setiap manusia, yang mencakup hak dan kewajiban yang diembannya. Kemerdekaan individu adalah nilai luhur karena Allah menempatkan manusia sebagai makhluk yang bebas dan berwenang menentukan nasibnya sendiri melalui usaha dan inovasi, meski segala kehendak tetap bergantung pada Tuhan Yang Maha Memiliki.
Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur'an: "Innalaha layughayiru ma biqaumin Hatta yughayiru ma bianfusihim" (Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka). Ayat ini menyampaikan pesan universal bahwa manusia memiliki hak untuk memilih, sehingga menjadikan mereka makhluk yang merdeka.
Pendidikan untuk Kemerdekaan
Untuk mewujudkan kemerdekaan individu yang sejati, seperti yang ditegaskan dalam ayat di atas, pendidikan memiliki pengaruh besar untuk menciptakan perubahan dan menjadikan manusia lebih merdeka. Kata "pendidikan" berasal dari kata dasar "didik" yang, saat diberi awalan dan akhiran, menjadi sebuah kalimat perintah: "Didiklah jiwamu, didiklah rasamu, dan didiklah perilakumu, niscaya kamu akan menjadi manusia merdeka." Pepatah ini menekankan bahwa pendidikan adalah milik setiap manusia, dan manusia yang berpendidikan adalah manusia yang paling merdeka.
Untuk mencapai derajat kemerdekaan ini, setiap individu harus memulainya dengan membaca. Perintah membaca ini juga ditekankan oleh Tuhan, Sang Pemilik Semesta. Oleh karena itu, manusia merdeka adalah mereka yang mampu membaca dengan baik dan benar. Namun, upaya ini tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, melainkan juga kewajiban pemerintah.
Amanat UUD 1945 mengukuhkan bahwa mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah kewajiban konstitusional negara. Negara wajib mengupayakan dan menjamin setiap warganya mendapatkan pendidikan yang layak dan standar. Namun, anggaran pendidikan sebesar 20% pun belum cukup untuk menghadirkan pendidikan yang benar-benar layak dan standar.
Kondisi inilah yang menghambat terciptanya manusia merdeka sejati. Jika negara belum mampu menyediakan pendidikan yang layak, kita tidak bisa berharap sepenuhnya bahwa bangsa ini akan mencapai kemerdekaan yang hakiki. Oleh karena itu, selain peran negara, kita juga harus menyadari bahwa sebagai manusia sempurna yang diciptakan Tuhan, kita memiliki potensi akal yang tak terbatas. Potensi ini adalah bukti bahwa kita layak mendapatkan kemerdekaan yang sesungguhnya.
Kesadaran ini sangat penting karena kita adalah manusia yang dipandu oleh agama dan moralitas. Oleh karena itu, upaya mewujudkan pendidikan yang baik dan mendorong peran negara yang optimal berawal dari peningkatan kesadaran kolektif bahwa kita wajib merdeka. Semoga
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI