Mohon tunggu...
Prabu Bolodowo
Prabu Bolodowo Mohon Tunggu... wiraswasta -

" I WANT TO MAKE HYSTORY, NOT MONEY."

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

WC Umum Tak Kalah Penting dengan Dapur Umum

21 Agustus 2014   16:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:58 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Capres No.1 Prabowo-Hatta yang sedang memperkarakan kekalahannya ke MK menyerukan agar ibu-ibu bikin dapur umum.

"Ibu-ibu mending bikin dapur umum. Ibu-ibu harus siap bikin dapur umum. Kita tidak mau kalah kalau dengan kebohongan. Ingat ibu-ibu, perjuangan belum usai," ditegaskan Prabowo di hadapan ribuan pendukungnya di gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung, Jawa Barat, Selasa (19/8/2014), seperti dikutip dari kompas.com.

Soal dapur umum ini mendapat klarifikasi dari Fadli Zon. Wakil Ketua Umum DPP Gerindra ini menjelaskan ketika diwawancara TVOne , dapur umum yang dimaksud Prabowo adalah dapur dalam makna sebenarnya, yakni tempat untuk memasak. Menurut dia, tak ada makna kiasan atau sesuatu yang tersembunyi dari pernyataan Prabowo itu.

"Maksudnya, kalau relawan mau datang untuk aksi kan perlu makan. Nah ibu-ibu diminta menyiapkan dapur umum untuk bikin makanan buat relawan-relawan itu. Bikin sendiri kan lebih bagus, makanya (menyebut) dapur umum," katanya.

Melihat tayangan demikan, sekelompok ibu-ibu yang tengah mengadakan arisan bersama isteri di rumah nyeletuk, “Emang di Jakarta ada bencana alam?”.

Gerombolan ibu-ibu ini sejatinya penggiat dapur umum jika terjadi bencana banjir, terutama di pinggiran Bekasi dan Karawang. Makanya minset pikirannya adalah dapur umum wajib disediakan ketika terjadi banjir. Dan dapur umum ini bisa berlangsungdari empat hari hingga seminggu.

“Orang demo kok disediakan dapur umum, maksudnya apa?”

“Padahal bikin dapur umum sangat ribet. Bawa kompor, bawa gas dan peralatan masak lainnya”.

“Bagusnya yang demo dikasih nasi bungkus, itung-itung kasih rejeki warung nasi”.

Begitulah celetukan ibu-ibuarisan.

Saya yang mendengar komentar ibu-ibu soal dapur umum cuma mesem-mesem. Karena memang saya kurangtertarik dengan dapur umum. Sebaliknya saya lebih antusias andai Prabowo menggelorakan disediakannya WC umum.

WC atau toilet itu lebih penting. Saya cukup prihatin ketika ada kerumunan masa yang besar tidak tersedia wc umum yang memadai. Macam di Monas, di parkiran GBK, atau saat enent besar lainnya. Betapa minimnya toilet. Sehingga hal ini mengakibatkan antrian panjang. Bagi lelaki yang sudah kebelet, biasanya tanpa sungkan langsung mencari pohon dibanding sabar antri. Sementara bagi seorang perempuan yang kebelet harus siap-siap senam pinggul, ngempet.

Coba sisir pepohonan seputaran jalan Merdeka dan Monas, baunya macam jumbleng alis septictank bocor. Malu-maluin, pohon-pohon di ibukota beraroma pesing.Dan sejak musim demo di sidang MK ini, level kejumblengan pepohonan seputar Monas sudah berada diambang memusingkan.

Mengkritisi hal demikian alangkah indahnya andai Prabowo menggelorakan WC umum nasional dibanding bikin dapur umum. Hemat saya, memerintahkan bikin dapur umum hanya mencerminkan pikiran capres no.1 itu cuma pandai mengurus soal makan namun lalai memikirkan bagaimana membuang kotorannya. Rupanya Prabowo lebih banyak menerima masukan dan bisikan tetapi lupa membuangnya setelah membusuk.

Makan memang dibutuhkan, namun membuang makanan yang telah membusuk di dalam perut itu perlu. Atau mungkin sejak pertarungan pilpres, capres no.1 ini telah lupa berkunjung ke toilet? Padahal anjuran dokter, tiap hari ke wc itu penting. Perut berasa lega dan hatipun legowo.

Harapan rakyat Indonesia, semoga putusan MK siang nanti (21/8/2014) dapat diterima secara legowo oleh semua pihak, kecuali mereka yang tak memiliki wc kemungkinan akan terus ngotot.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun