Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Telepon Umum

12 April 2024   11:51 Diperbarui: 12 April 2024   17:00 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi telepon umum diolah menggunakan Ai Bing | Dokumen Pribadi

Di ujung Perumahan Edelweis, masih berdiri sebuah telepon umum. Dulu, Aku biasa menggunakannya. Bila minggu pagi,  Aku bersepeda poligon mendatangi telpon umum tersebut. Dengan membawa puluhan uang koin ratusan. 

Namun semenjak telepon genggam banyak digunakan, telepon umum itu tak pernah lagi ada yang menggunakan. Debu dan sarang laba-laba memenuhi dinding bilik. Semua bagian telepon umum masih lengkap, hanya saja telepon umum berwarna biru tua itu, catnya sudah mengelupas disana-sini.

"Aku jadi penasaran, masih berfungsi gak ya, telepon umum itu?." bisikku dihati.

Aku biasa menelpon teman yang dirumahnya terpasang pesawat telepon. Bisa juga menelpon teman kuliah yang tinggal di Asrama Mahasiswa. Di Asrama disediakan telepon oleh kampus, untuk mahasiswa berdiam disana menelepon keluarganya di kampung.

Mereka menelpon, keluarga atau kenalan  yang tinggal di Ibukota Kabupaten, dan bertitip pesan untuk disampaikan ke orang tua di kampung. Berkirim kabar, minta dikirimkan uang untuk bayar SPP atau uang belanja sudah habis. 

*

Satu koin bisa berbicara satu menit. Kalau ingin lama, tentu membawa koin yang banyak. Setiap Aku menelpon, paling tidak menghabiskan 30 koin. Kalau sepi. Kalau lagi ramai yang ingin menelpon, paling cuman habis lima koin, karena harus bergantian.

" Dik Lince, bolehkah malam ini aku kerumah?."

Baca juga: Penyair Tua

"Duh Kak, kalau malam ini aku tidak bisa, tante mengajak aku kegiatan Ibadah malam bersama, ditempat tante novel, keluarga tanteku." jawab Lince di ujung telepon.

"Selamat Ulang tahun ya, Aku mau kerumah mau mengasihkan kado ulang tahunmu, sekalian juga jalan-jalan."

"Terimakasih Kak, atas ucapannya. Aduh repot-repot. Maap ya kak, gak bisa ketemu malam ini. Ketemu di kampus aja deh, di hari senin."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun