Mohon tunggu...
PontianusEugenius RajaNaro
PontianusEugenius RajaNaro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Ora Et Labora"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dengan wanita, Selalu ada Mas-salah (Bagian 1)

13 Mei 2024   02:02 Diperbarui: 13 Mei 2024   16:07 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar Ilustrasi: https://www.facebook.com/share/TtoyuD3EUVKL91NP/?mibextid=xfxF2i

Pada awal bulan April tahun ini, aku merasa sangat senang sekali, karena ini momen dimana aku mendapatkan cuti panjang, setelah tiga tahun pertama bekerja di perusahaan pertambangan minyak, di kota Balikpapan. 

Pekerjaan yang sangat melelahkan, akhirnya mendapat angin segar, setidaknya aku dapat melampiaskan rindu ini, dengan hangatnya pelukan keluarga kecilku. 

Ketika malam tiba kami melakukan ritual perpisahan bersama teman-teman pekerja lainnya, dengan ditemani sebotol wiski dan beberapa botol bir menjadi simbol keakraban kami. Di malam itu aku memperhatikan ada satu teman karibku, Edward namanya, yang baru saja pulang cuti dari Sulawesi, yang terlihat begitu lesu sekali yang seakan tidak memiliki gairah, padahal baru saja pulang berlibur dari kampung halaman, harusnya memawa sukacitanya. Ketika aku tanya, Edward tidak lagi dapat membendung kesedihannya dan langsung mencurahkan segala peristiwa pahit yang dialaminya selama liburan sebulan lalu. Dimana ketika dia tiba di rumahnya, dia mendapati istrinya sedang bermesraan di dalam kamar bersama seorang pria, maksud ingin memberi kejutan pada istrinya tapi malah dia yang terkejut melihat kelakuan belahan jiwanya.

 Edward seperti mendapat bom kejut, yang tidak pernah terbayangkan olehnya, dimana istrinya sedang bermain api di belakangnya, parahnya lagi istrinya bermain serong dengan sepupu kandung Edward dan sudah kumpul kebo sejak lama, padahal Edward sudah menitipkan pesan pada sepupunya agar memperhatikan keluarga kecilnya dengan mengurus rumah sebagai ganti dirinya yang sedang bekerja, dengan imbalan dibayarnya uang pendidikan sepupunya itu. 

Tapi entah mengapa dengan kurang hajar, sepupunya malah mengantikan Edward sebagai ganti dirinya diranjang. Ini sudah seperti air susu dibalas dengan air tuba, tapi bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur, Edward sangat kecewa berat, dan sangat-sangat hancur, itu dia ceritakan sambil tidak berhenti meminum alkohol, yang aku kira sudah hampir belasan botol diminumnya, begitu stresnya Edward sahabat ku itu.

 Ketika mendengar itu aku pun merasa iba, dan tidak bisa berkata-kata lagi, lalu ku sudahi teguk alkoholnya, dan langsung membawanya ke tempat tidurnya, tapi dia masih mengerang tak karuan, kalau bukan karena putrinya, mungkin dia tidak mau datang lagi kemari, kami semua melihatnya iba, dan secara tidak langsung Edward memberi kami pelajaran, bahwa cinta tak selamanya indah.

 Sebelum meninggalkan tempat kerjaku, aku berpamitan pulang dengan para sahabat seperjuangan yang belum sempat mengambil cuti tahun ini, karena kami semua harus bergantian untuk pulang cuti, hanya aku saja dan beberapa pekerja lain yang mengambil cuti tahun ini, aku berpamitan sambil melempar candaan "kerja yang rajin yah, para budak" itu candaan akrab, yang selalu kami lontarkan, jika diantara kami ada yang pergi berlibur. 

Dilanjutkan perjalanan panjangku menuju ke rumah kerinduan, tapi sebelum itu aku harus menunggu kapal penjemputan, karena tempat kami bekerja berada di tengah lautan luas, sembari menunggu kapal jemputan, Edward datang menghampiri ku, dengan kesadaran penuhnya, dan menyampaikan pesan agar aku selalu menyayangi keluarga, "karena keluarga kita ada disini, karena keluarga kita berkorban, karena keluarga kita lupa akan kesehatan diri kita sendiri, karena keluarga kita harus lebih semangat" dia menyampaikan itu sambil menyeka air matanya, aku pun ikut terharu dengan apa yang di sampaikan Edward, aku paham betul lukanya tapi tidak dapat menyembuhkannya, "beginilah kehidupan, kita harus terus melangkah maju" lanjut ku. 

Setibanya kapal penjemputan, kami pun berpelukan sambil mencoba menenangkan Edward yang masih emosional atas peristiwa yang dialaminya, lalu aku langsung naik ke kapal dan meninggalkan perusahaan tengah lautan itu, perjalanan yang akan ku tempuh nanti kurang lebih enam jam.

 Sesampai di kamar kapal, aku berdampingan dengan seorang junior ku yang masih muda, dia disebelah kiri aku disebelah kanan kamar, aku jarang melihatnya, maklum saja karena kami berbeda devisi, namanya Iron dia merupakan asisten teknisi mesin di perusahaan, aku kagum padanya karena masih sangat muda tapi sudah punya jabatan yang cukup tinggi, "kalau aku di devisi operasi tambang" sambung ku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun