Mohon tunggu...
Ponisah permata sari
Ponisah permata sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Zu

Andam Karam

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Aku Juga Ingin Jadi Pembunuh

25 Juni 2022   23:06 Diperbarui: 25 Juni 2022   23:10 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika nyawa dari seorang korban bukan lagi prioritas utama, saat itulah reputasi menghilangkan rasa kemanusiaan dari seseorang yang dikata manusia.

Tidak lagi ada rasa peduli kecuali mengejar materi yang dijunjung tinggi.

Dulu, ada kalimat yang menyatakan selama kehilangan sekadar pencurian bukan kematian, kejahatan bisa disembunyikan.

Tapi sekarang, nyawa yang hilang dari jiwanya tak lagi 'seberharga' itu. Disudutkan demi 'nama baik' dari dia yang dianggap petinggi. Dikorbankan dari status korban menjadi tersangka yang tak dilindungi.

Kenapa pahitnya dunia begitu dalam menyiksa hingga ke ulu hati?
Rasanya sangat tidak adil saat harus merasakan neraka bahkan sebelum diri ini mati.


Apakah ini yang sekarang dianggap seni keadilan negara demokrasi?
Keadilan yang hanya berlaku untuk mereka yang berlimpah materi.

Hah, lelah menahan peluh dari keluh
Air mata yang sebelumnya mengering kembali turun dan melepuh
Resah berada di antara beranda tanpa adab, ingin hidup saja harus bersimpuh tanpa kata aduh.

Prosais
_25062022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun