"Bagaimana kita istirahat aja dulu di sini sembari nunggu pagi, siapa tahu besok kita bisa lebih jelas cari jalan, mungkin karena ini malam jadi kita salah ambil jalan." Usul Wili.
        "Ga ah aku takut bermalam di hutan mending tetap lanjut cari jalan aja." Sergah Bimo.
        "Ada benarnya usul Wili, kita istirahat dulu untuk sedikit menenangkan pikiran setelah itu kita bisa melanjut perjalanan. Usulku hanya beristirahat sebentar bukan bermalam menunggu sampe waktu fajar tiba."
        "Oke kalau itu aku setuju." Disertai anggukan Galang dan Wili.
        Akhirnya kami pun beristirahat duduk di batu yang sangat besar. Sembari beristirahat kami mengingat kembali apa yang kami lewati saat mereka mengejar burung Gagak itu. Tak lama Riyo mengingat apa yang kami lewati saat menggejar burung itu.
        "Sepertinya aku ingat sesuatu teman-teman." Ucap Riyo memecah hening.    Â
        "Ingat apa, Yo?" Ucap serentak.
        "Waktu kita ngikutin burung Gagak kita melewati dua pohon besar yang masing-masing berjarak dua meter seolah seperti gerbang dan di sampingnya semak-semak. Kemudian keadaan jadi berubah, burung Gagak itu hilang dan suasana hutan juga berbeda dan tadi kita lihat ada pulau kan tapi kita milih putar balik dan sampe saat ini kita belum sampe ke perkemahan."
        "Jadi maksudmu dua pohon besar itu gerbang apa?"
        "Kurasa itu kita sedang masuk ke alam lain, alam goib." Suasana berubah mencekam sebab masing-masing dari kami tengah merasa ketakutan apabila yang dibilang Riyo itu benar.
        "Kalian sedang apa disini?" Suara serak mengagetkan kami. Saat kami menoleh seorang nenek tua di belakang kami lengkap dengan kayu bakar yang ia bawa.